kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batubara menyentuh harga tertinggi 2020, begini prospek selanjutnya


Senin, 23 November 2020 / 20:31 WIB
Batubara menyentuh harga tertinggi 2020, begini prospek selanjutnya
ILUSTRASI. Harga batubara ICE Newcastle untuk pengiriman Januari 2021 berada di level US$ 65,50 per ton pada Jumat (20/11).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara ICE Newcastle untuk pengiriman Januari 2021 berada di level US$ 65,50 per ton pada penutupan Jumat (20/11). Level ini merupakan level tertinggi yang berhasil dicapai oleh batubara sepanjang tahun 2020.

Sejumlah analis menilai, harga komoditas emas hitam ini memiliki potensi untuk pulih seiring membaiknya kondisi perekonomian global. Analis BNI Sekuritas Firman Hidayat mengatakan, batubara memiliki prospek jangka panjang yang positif.

Dalam jangka pendek, pemerintah China diperkirakan akan secara bertahap memberikan kuota baru ke provinsi pesisir untuk  mendatangkan batubara thermal asal Indonesia. Hal ini karena pembatasan China atas impor batubara asal Australia telah menyebabkan kekurangan pasokan batubara domestik. Di sisi lain, harga spot batubara naik jauh melampaui batas atas yang ditetapkan pemerintah, yakni 600 yuan per ton atau setara dengan US$ 90,7 per ton yang dianggap terlalu tinggi.

Untuk jangka menengah, grup raksasa industri sektor kelistrikan China telah menyatakan bahwa kapasitas pembangkit listrik batubara akan mencapai 1.300 gigawat (GW) pada 2030 akhir, naik dari 1.050 GW saat ini. Hampir sebanyak 250 GW pembangkit listrik tenaga batubara sedang dikembangkan di China yang dinilai cukup untuk menggerakkan ekonomi terbesar di Benua Eropa, yakni Jerman.

Baca Juga: Energi hijau bisa menjadi ancaman bagi harga batubara?

“Sementara dalam jangka panjang, kenaikan harga batubara berasal dari penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang kuat di seluruh dunia dengan konsumsi listrik yang besar yang mendorong lebih banyak permintaan batubara,” terang Firman, Senin 23/11).

Menurut Bank of America, penjualan mobil listrik terhadap seluruh penjualan kendaraan secara global diperkirakan akan naik, dari 5% pada akhir 2021 menjadi 40% pada akhir tahun 2030, dan menjadi  95% pada akhir tahun 2050.

Secara konservatif, BNI Sekuritas menetapkan proyeksi harga batubara global masing-masing untuk jangka menengah dan jangka panjang menjadi rata-rata US$ 70 per ton dan US$ 75 per ton.

Baca Juga: Saham emiten batubara mulai membara, ada yang melesat hingga 16% hari ini

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas juga memperkirakan harga batubara akan pulih mulai akhir tahun 2020 dan terus meningkat hingga tahun depan. Beberapa asumsi atas estimasi ini didasarkan pada permintaan batubara dari China yang mulai menunjukkan peningkatan seiring penurunan tingkat infeksi Covid-19 dan perekonomian yang mulai pulih.

Selain itu, pada kuartal kedua 2021, permintaan dari Jepang, Korea Selatan, dan Malaysia kemungkinan mulai meningkat secara signifikan. Ketiga negara ini memiliki peran penting bagi emiten batubara lokal karena ketiga negara tersebut merupakan pengimpor batubara dari Indonesia. Negara-negara ini memiliki sistem pengendalian yang cukup baik untuk menjaga tingkat infeksi Covid-19 tetap rendah sembari menunggu adanya vaksin.

Hanya saja, hingga paruh pertama 2021, permintaan batubara dari India diyakini mungkin masih rendah. Tingkat infeksi Covid-19 di India merupakan yang terbesar kedua di dunia. Pada bulan September, infeksi harian di sana mencapai 85.000 infeksi per hari. Perekonomian India termasuk salah satu yang terburuk di dunia, dengan kontraksi mencapai 23,9% pada kuartal kedua tahun 2020. Diperkirakan, perekonomian India membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih.

Di sisi lain, jika harga batubara China menyentuh level 630 yuan, maka pemerintah China berpotensi melonggarkan pembatasan impor. Kondisi ini akan menjadi keuntungan bagi eksportir batubara Indonesia untuk meningkatkan penjualannya. Untuk saat ini, Indonesia berkontribusi terhadap 47,5% impor batubara ke China.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) bidik proyek hilirisasi batubara

Sukarno juga menilai batubara akan terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi energi terbarukan Indonesia. Berdasarkan rapat usaha penyediaan listrik (RUPTL) 2019, batubara masih akan menyumbang 54,4% dari energi terbarukan Indonesia hingga tahun 2028 dari yang saat ini sekitar 60%.

Firman merekomendasikan beli (buy) saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan target harga Rp 3.500. Valuasi saham emiten pelat merah ini cukup rendah meskipun nilai sustainable ROE-nya lumayan tinggi.

PTBA juga merupakan emiten dengan struktur biaya rendah dan memiliki kas yang stabil. Selain itu, prospek bisnis hilir batubara yang menjanjikan akan meningkatkan volume penjualan batubara PTBA di masa mendatang, yang diharapkan meningkat hampir dua kali lipat pada akhir 2023. Selain itu, konstituen Indeks Kompas100 ini juga memiliki kemampuan kuat untuk mempertahankan pembayaran dividen yang tinggi. 

Baca Juga: Targetkan IHSG 5.600 hingga akhir tahun, simak rekomendasi saham dari Sucor Sekuritas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×