kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batubara ikut panas karena perang dagang


Senin, 09 Juli 2018 / 07:00 WIB
Batubara ikut panas karena perang dagang


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan harga batubara masih terus berlanjut. Harga komoditas energi ini terus mencetak rekor harga tertinggi di awal paruh kedua tahun ini.

Jumat (6/7), harga batubara kontrak berjangka pengiriman Agustus 2018 di ICE Future Exchange berada di posisi US$ 116,10 per metrik ton. Dalam sepekan, harga batubara tercatat naik sebanyak 1,93%. Pada Kamis (5/7), harga si hitam sempat berada di  level US$ 116,60 per metrik ton. Ini harga tertinggi batubara sejak Desember 2012.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menjelaskan, harga batubara terus melaju lantaran tingkat permintaan yang memang bertambah. "Selain China, kini permintaan dari Eropa Utara juga tambah tinggi," kata dia, Jumat (5/7).

Di saat yang sama, ketersediaan pasokan batubara global justru cenderung melambat. Ini terjadi karena Australia  tidak mampu meningkatkan produksi dengan cepat. Asal tahu saja, negeri kanguru ini merupakan salah satu produsen batubara terbesar dunia.

Kenaikan permintaan juga terlihat dari ekspor batubara Indonesia ke China yang tumbuh signifikan di semester satu lalu. Batubara Indonesia menyumbang sekitar 49% dari total impor China, jumlahnya sekitar 61,9 juta ton.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, kenaikan harga batubara juga sejalan dengan harga minyak mentah dunia yang masih dalam tren menguat. Tambah lagi, China memiliki wacana mengenakan tarif impor untuk produk minyak AS sebagai aksi balasan dalam perang dagang.

"Kalau penetapan tarif tersebut direalisasikan, harga minyak AS akan semakin mahal di China dan membuat pasar beralih ke batubara sehingga permintaannya bertambah tinggi lagi," jelas dia.

Koreksi teknikal

Namun, Ibrahim juga menilai, harga batubara di pasar derivatif saat ini sudah terlampau tinggi. Lantas, potensi koreksi pun terbuka.

Deddy juga melihat tensi perang dagang yang terus memanas berpotensi mengancam permintaan batubara China. Menurut Deddy, selama ini, permintaan batubara China disokong oleh sektor manufaktur dan industrinya yang tumbuh.

"Kalau dampak perang dagang memperburuk perekonomian China, ini akan menghambat permintaan batubara ke depan," terang Deddy.

Apalagi, secara teknikal, posisi harga batubara saat ini sangat rentan koreksi. "Saat ini harga batubara kontrak pengiriman Juli 2018 masih bergerak di atas garis moving average 50, 100, maupun 200," ujar Deddy.

Indikator moving average (MA) memang menunjukkan tren harga masih berpotensi bullish baik dalam jangka pendek maupun panjang. Sinyal ini juga dikonfirmasi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih di teritori positif.

Namun, indikator stochastic sudah berada pada level 92 alias overbought. Begitu juga dengan indikator relative strength index (RSI) yang berada di area jenuh beli pada level 71. Kedua indikator ini mengindikasikan adanya potensi koreksi.

Deddy memprediksi, hari ini harga batubara akan cenderung terkoreksi dan bergerak di kisaran US$ 115,90-US$ 117,00 per metrik ton. Sementara, menurut hitungan Ibrahim, harga batubara dalam sepekan ke depan akan bergerak dalam rentang pergerakan menurun antara US$ 113,50-US$ 118 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×