Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) akan menggenjot bisnis energi usai merampungkan akuisisi 66,67% saham produsen listrik panas bumi terbesar di Indonesia, Star Energy pada 7 Juni lalu.
Selama ini, kontribusi utama pendapatan BRPT dari segmen petrokimia melalui PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yakni 97%. Setelah mencaplok Star Energy, perseroan membidik porsi segmen petrokimia dan energi akan imbang, yaitu 50:50.
Kontribusi dari Star Energy akan terefleksikan pada September 2018. Direktur Utama BRPT Agus Salim Pangestu mengatakan, akuisisi Star Energy penting untuk memantapkan bisnis di sektor energi terbarukan. "Kami akan menjadikan Barito sebagai perusahaan sektor energi terintegrasi dengan sumber pendapatan yang terdiversifikasi," kata dia, Rabu (18/7).
David Kosasih, Direktur CFO Barito Pacific, bilang, peluang ekspansi bisnis di sektor energi kian terbuka. Barito juga berencana menambah kapasitas pembangkit di Salak Binary sebesar 15 megawatt (MW) pada 2021. Saat ini, sudah beroperasi enam unit berkapasitas 377 MW. Kemudian, ada proyek patungan dengan PT Indonesia Power Jawa 9 dan Jawa 10 sebesar 2 x 1.000 MW, yang ditargetkan beroperasi pada 2023.
Pada 2024, BRPT akan menambah satu unit pembangkit listrik di Wayang Windu sebesar 60 MW. Sekarang, di sana sudah ada dua unit pembangkit berkapasitas 227 MW.
Barito juga berniat membangun sumber geotermal di Hamiding dan Sekincau, yang diperkirakan rampung tahun 2024. "BRPT terbuka untuk energi renewable lainnya. Saat ini total kapasitas produksi energi 875 MW. Kami targetkan menjadi 1.200 MW dalam 5-10 tahun," kata David.
Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe menilai, usaha BRPT mendiversifikasi usaha akan membuat kinerja emiten ini lebih stabil. Ia merekomendasikan beli BRPT dengan target harga setahun di level Rp 3.770 per saham. Kemarin, BRPT ditutup di Rp 1.780.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News