Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Jajak pendapat Reuters menunjukkan, ekonomi China - terbesar kedua di dunia - diperkirakan akan berkembang pada laju paling lambat dalam tiga dekade terakhir pada tahun ini.
Baca Juga: Cegah risiko global, Gubernur BOJ dukung pengeluaran fiskal pemerintah lebih besar
Sejumlah analis juga harus bergulat dengan sinyal kontradiktif atas pertumbuhan di Amerika Serikat. Anggaran belanja bisnis yang melorot dan sektor manufaktur yang terkontraksi telah menjadi titik lemah bagi ekonomi AS. Di sisi lain, tingkat inflasi juga tetap rendah. Namun pertumbuhan lapangan pekerjaan masih solid, dengan tingkat pengangguran di level terendah dalam 50 tahun, dan belanja konsumen masih kuat.
Pada saat yang sama, kurva AS kerap berbalik arah sebelum resesi yang terjadi dalam 50 tahun terakhir. Dari periode tersebut, hanya sekali kurva terbalik ini memberikan sinyal salah. Meski demikian, inversi ini menawarkan beberapa petunjuk kapan resesi akan terjadi.
Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi BI akan menahan suku bunga acuan di level 5%
Fenomena ini mungkin juga menjadi indikator resesi yang kurang efektif akhir-akhir ini, berkat ekspektasi inflasi yang rendah dan stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dari The Fed dan bank sentral global lainnya.
"Pasar cukup nyaman dengan apa yang akan dilakukan Fed, dan itu bukan apa-apa," kata Gary Pollack, head of fixed-income trading, Deutsche Bank Private Wealth Management. "Aku masih di kubu bahwa indikator itu salah, tapi aku bisa saja salah."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News