kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak yang tak memperhatikan, kurva imbal hasil AS sempat terbalik lagi!


Rabu, 29 Januari 2020 / 10:43 WIB
Banyak yang tak memperhatikan, kurva imbal hasil AS sempat terbalik lagi!
ILUSTRASI. Ilustrasi bendera Amerika. REUTERS/Christian Hartmann


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sinyal kuning kembali menguar dari pasar obligasi AS. Kendati demikian, investor enggan untuk memberikan bobot yang besar atas fenomena ini.

Melansir data Reuters, imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun sempat secara singkat turun di bawah yield surat utang bertenor 3-bulan pada Selasa (28/1/2020) untuk pertama kalinya sejak Oktober. Kurva imbal hasil yang terbalik ini terjadi di tengah kekhawatiran dampak ekonomi dari virus corona. 

Kurva imbal hasil terbalik secara historis menjadi indikator dari resesi yang membayangi ekonomi AS karena cenderung mencerminkan kekhawatiran investor obligasi atas pertumbuhan masa depan.

Namun, kekhawatiran tentang virus corona sejauh ini tidak banyak membantu pandangan optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi yang telah dilakukan banyak investor dan analis hingga tahun 2020.

Baca Juga: The Fed tahan suku bunga acuan, begini penjelasan Jerome Powell

"Keadaan ekonomi AS tampaknya stabil saat berjalan," kata Michael Lorizio, senior fixed income trader di Manulife Asset Management kepada Reuters. "Untuk benar-benar meramalkan kemungkinan resesi jangka pendek, saya pikir saya perlu melihat lebih banyak dukungan fundamental dari indikator ekonomi, bukan hanya mengandalkan kurva imbal hasil."

Mengingatkan saja, kurva imbal hasil surat utang AS terbalik pada 2019 untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, sehingga memicu kekhawatiran bahwa resesi kemungkinan akan terjadi. Beberapa kekhawatiran itu memudar setelah Federal Reserve melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebanyak tiga kali dan mengatakan tidak mungkin untuk mengetatkan kebijakan moneter dalam waktu dekat.

Baca Juga: Tahun 2020, suku bunga acuan The Fed diprediksi melandai di level 2%

Kebijakan ini berhasil mendukung harga saham dan meningkatkan bullish investor: survei UBS Global Wealth Management yang dilakukan terhadap investor dengan nilai kekayaan tinggi menunjukkan bahwa 94% responden mengharapkan imbal hasil positif pada tahun 2020, sementara jajak pendapat manajer dana dari Bank of America Merrill Lynch menunjukkan alokasi saham pada level tertinggi dalam 17 bulan terakhir.

Reuters memberitakan, inversi yield yang singkat pada hari Selasa terjadi ketika investor bergegas kembali ke masuk ke surat utang AS dan aset haven lainnya. Hal ini mendorong harga obligasi pemerintah AS lebih tinggi dan menekan imbal hasil.

Baca Juga: Gundlach: Bakal ada guncangan hebat akibat menggunungnya utang AS di 2020

"Anda memiliki perasaan ekonomi global rapuh yang mengandalkan dukungan dari bank sentral dan situasi di mana banyak aset berisiko muncul ... dinilai terlalu tinggi," kata Thanos Bardas, co-head income investment grade Neuberger Berman.

Pasar saham AS berada di jalur positif untuk menghapus sebagian besar kerugian hari sebelumnya (28/1/2020), setelah jatuh ke level terendah dua minggu sehari sebelumnya. Tetapi investor tetap khawatir tentang seberapa parah pembatasan perjalanan dari dan ke China, serta langkah-langkah lain untuk mengendalikan virus ini akan berdampak pada ekonomi China dan mengguncang seluruh dunia. 

Jajak pendapat Reuters menunjukkan, ekonomi China - terbesar kedua di dunia - diperkirakan akan berkembang pada laju paling lambat dalam tiga dekade terakhir pada tahun ini.

Baca Juga: Cegah risiko global, Gubernur BOJ dukung pengeluaran fiskal pemerintah lebih besar

Sejumlah analis juga harus bergulat dengan sinyal kontradiktif atas pertumbuhan di Amerika Serikat. Anggaran belanja bisnis yang melorot dan sektor manufaktur yang terkontraksi telah menjadi titik lemah bagi ekonomi AS. Di sisi lain, tingkat inflasi juga tetap rendah. Namun pertumbuhan lapangan pekerjaan masih solid, dengan tingkat pengangguran di level terendah dalam 50 tahun, dan belanja konsumen masih kuat.

Pada saat yang sama, kurva AS kerap berbalik arah sebelum resesi yang terjadi dalam 50 tahun terakhir. Dari periode tersebut, hanya sekali kurva terbalik ini memberikan sinyal salah. Meski demikian, inversi ini menawarkan beberapa petunjuk kapan resesi akan terjadi.

Baca Juga: Ekonom Bank Permata memprediksi BI akan menahan suku bunga acuan di level 5%

Fenomena ini mungkin juga menjadi indikator resesi yang kurang efektif akhir-akhir ini, berkat ekspektasi inflasi yang rendah dan stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya dari The Fed dan bank sentral global lainnya.

"Pasar cukup nyaman dengan apa yang akan dilakukan Fed, dan itu bukan apa-apa," kata Gary Pollack, head of fixed-income trading, Deutsche Bank Private Wealth Management. "Aku masih di kubu bahwa indikator itu salah, tapi aku bisa saja salah."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×