Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan negosiasi Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (UE) atau Brexit masih jadi sentimen utama penggerak pasangan kurs GBP/USD. Selain itu, pasar juga tengah menanti arah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Mengutip Bloomberg, pergerakan pasangan GBP/USD pada perdagangan akhir pekan tercatat koreksi 0,29% di level 1,2827.
Analis HFX International Berjangka Ady Phangestu mengungkapkan, perwakilan negara UE masih mempertimbangkan berapa lama jangka waktu yang akan diberikan untuk penundaan Brexit.
Baca Juga: Menunggu keputusan ECB, euro menguat terhadap poundsterling tapi kalah menghadapi yen
Langkah itu diambil menyusul permintaan Perdana Menteri Boris Johnson, untuk penangguhan. Pada akhir pekan lalu, diplomat dari 27 negara UE bertemu di Brussels untuk mendiskusikan apakah blok tersebut bersedia memperpanjang tenggat waktu hingga Januari 2020 bagi Inggris.
Sementara itu, Prancis justru menolak memberikan perpanjangan waktu bagi Inggris jika pemerintahan Johnson menggelar pemilihan umum, tetapi Jerman dan Irlandia mendukung penundaan Brexit hingga 31 Januari mendatang.
Johson sebelumnya optimistis bakal keluar dari UE di 31 Oktober mendatang, baik dengan kesepakatan ataupun tanpa kesepakatan. Namun, dia kembali menelan ludah dan mengirim surat kepada UE untuk memohon penundaan Brexit.
Surat tersebut dikirim Johnson setelah anggota parlemen memaksa dirinya untuk menunda Brexit yang jatuh tempo pada 31 Oktober.
Baca Juga: Menanti kepastian Brexit, pasangan kurs poundsterling rentan berubah
Hanya saja, Johnson tak menandatangani surat yang ditujukan kepada Presiden Dewan Eropa Donald Tusk tersebut. Johnson menegaskan akan menggelar pemilihan umum pada 12 Desember mendatang dengan harapan dapat memecah kebuntuan proses Brexit.
Sedangkan untuk sentimen dari USD, Ady mengatakan untuk pekan depan, tepatnya Kamis waktu AS akan ada outlook ekonomi dari Federal Open Market Committee (FOMC), mengenai prospek ekonomi ke depan sekaligus arah suku bunga acuan, disusul data Non Farm Payroll.
"Data-data tersebut juga butuh perhatian khusus. Walaupun suku bunga diproyeksi tidak akan mengalami perubahan, namun ada kemungkinan quantitative easing (QE) akan berlanjut setelah pekan lalu The Fed menyuntikkan dana ke pasar modal dengan angka besar," jelas Ady kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Untuk itu, pada perdagangan Senin (28/10) pasangan kurs GBP/USD diperdagangkan dengan kisaran range 220 pips pada pekan lalu, setelah membentuk harga puncak Senin di 1,30121 dan harga rendah 1,27886.
Baca Juga: Menanti kepastian Brexit di akhir bulan, poundsterling disarankan jual
Volume transaksi harian juga menunjukkan penurunan pada pekan lalu yang disingkronkan oleh indikator RSI yang terlihat meninggalkan area overbought.
Periode 4 jam, gelombang koreksi terbentuk dari upaya buyer yang gagal menembus 1,3000 dan harga perlahan turun dan menguji level support yang waktu dulu berfungsi sebagai resistance dari level high Juni yakni 1,2783. Sementara, koreksi pekan lalu hanya berkisar 23,6%.
Harga masih tertahan di level support dengan rata-rata pergerakan harga di area moving average (MA)50. "Sepertinya harga akan bertahan sementara waktu pada level open tahunan, sebagai awal perjalanan dan harga keseimbangan," ungkapnya.
Baca Juga: Brexit Mencapai Kesepakatan, Euro Menguat
Selain itu, garis RSI menurun secara bergelombang dengan kecenderungan harga naik. Untuk indikator MACD juga masih memberikan indikasi jual.
Adapun level harga untuk pasangan GBP/USD diprediksi bergerak pada kisaran resistance 1,2875 dan 1,2925, sedangkan untuk level support berada di kisaran 1,2750 dan 1,2675, dengan kisaran level psikologis 1,3000.
"Pasangan kurs dalam tren bullish, namun tetap waspadai koreksi. Untuk rekomendasi jangka panjang jual, sedangkan jangka pendek bisa dibeli," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News