kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.779   16,00   0,10%
  • IDX 7.489   9,63   0,13%
  • KOMPAS100 1.158   3,73   0,32%
  • LQ45 919   5,10   0,56%
  • ISSI 226   -0,53   -0,23%
  • IDX30 474   3,39   0,72%
  • IDXHIDIV20 572   4,39   0,77%
  • IDX80 132   0,66   0,50%
  • IDXV30 141   1,32   0,95%
  • IDXQ30 158   0,90   0,57%

Bank syariah meracik produk baru


Rabu, 19 September 2012 / 16:00 WIB
Bank syariah meracik produk baru
ILUSTRASI. Ada beberapa efek samping daun kelor yang sebaiknya Anda perhatikan.


Reporter: Arief Ardiansyah, Farrel Dewantara, Dian Pitaloka Saraswati | Editor: Imanuel Alexander

Para bankir syariah tetap optimistis di tengah mencuatnya kasus dugaan kerugian investasi emas akibat produk gadai emas di perbankan syariah. Mereka segera memasarkan produk pembelian emas secara cicilan berbasiskan akad murabahah.

Bisnis gadai emas di bank syariah mendapat tekanan hebat sejak akhir tahun lalu hingga awal kuartal II tahun ini. Kala itu, Bank Indonesia (BI) melihat ada ketidakberesan dalam praktik gadai emas, yang perlu pembenahan.

Sedikit kilas balik, pada akhir 2011, BI menyurati delapan bank syariah pemilik layanan gadai emas untuk menata portofolionya. Sebab, penyaluran pembiayaan gadai di bank syariah dinilai terlalu jor-joran. Di sisi lain, ada tren penurunan harga emas yang berpotensi mengganggu kesehatan bank.

Tak hanya itu, BI sempat membekukan sementara layanan gadai di tiga bank syariah. Adalah Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS), Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS), dan Bank Syariah Mandiri (BSM) yang kena semprit regulator. Kebetulan, mereka adalah tiga bank syariah dengan pembiayaan gadai emas terbesar saat itu.

Pada akhir Februari 2012, terbit aturan tentang gadai emas. Dalam beleid itu, BI melakukan berbagai pembatasan. Antara lain, batas pembiayaan gadai maksimal Rp 250 juta per nasabah dan porsi pembiayaan gadai emas maksimal 20% dari total pembiayaan atau maksimal 150% modal bank syariah.

Pemberlakuan aturan pembatasan gadai emas ini langsung berdampak bagi perbankan syariah. Penurunan pembiayaan selama tahun ini menimpa bank dengan portofolio gadai emas yang sudah terlalu tinggi.

Direktur Bisnis Konsumer BRIS Indra Praseno mengakui, kebijakan ini membuat BRIS membatasi pembiayaan gadai emas. Bank ini terpaksa banyak menolak permintaan pembiayaan emas senilai Rp 30 miliar hingga Rp 50 miliar per bulan.

BRIS menolak memberi pembiayaan karena harus memenuhi aturan pembiayaan gadai maksimal 20%. Akhirnya, “Nasabah melakukan pembiayaan emas di bank lain yang porsi pembiayaan gadai terhadap total masih rendah,” katanya.

Lebih jauh, Corporate Secretary Group Head BRIS, Lukita T. Prakasa memastikan bisnis gadai emas BRIS ke depan akan sejalan dengan aturan BI. Mereka akan menghindari skema gadai yang berbau spekulasi.

Adapun outstanding pembiayaan gadai emas di BRIS per Agustus 2012 berada di kisaran Rp 600 miliar. Angka ini merosot dalam yaitu sekitar 57% dari pembiayaan gadai emas pada akhir tahun lalu yang sebesar Rp 1,4 triliun. “Target pembiayaan di akhir 2012 sekitar Rp 700 miliar,” kata Lukita.

Direktur Bisnis BNI Syariah Imam Teguh Saptono juga mengakui adanya penurunan signifikan pembiayaan gadai emas. Di akhir 2011, pembiayaan gadai emas BNIS nyaris mencapai Rp 600 miliar. Delapan bulan kemudian, pembiayaan susut tinggal Rp 200 miliar. “Sekarang sudah mulai ada pertambahan gadai tapi nilainya terlalu kecil,” katanya.

Perbaiki layanan

Sepanjang tahun ini, BNIS fokus menyesuaikan praktik bisnis gadai berdasarkan aturan BI. Dia melihat banyak kekecewaan nasabah dalam proses penyesuaian ini karena mereka terpaksa harus mengeksekusi kerugian investasi (cut loss). Meski begitu, Imam mengklaim, BNIS bisa meredam kekecewaan nasabah dengan pendekatan personal yang baik dan edukasi yang menyeluruh.

Adapun bank syariah yang memiliki layanan gadai emas tapi tak kena semprit BI dapat mencatatkan pertumbuhan pembiayaan gadai yang signifikan. Gadai Business Head PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) Endang Komarudin mengatakan total pembiayaan Qardh Beragun Emas terkini sebesar Rp 430 miliar. “Padahal, akhir Agustus lalu masih Rp 403 miliar,” imbuhnya.

Namun, sejatinya, bila dibandingkan dengan pembiayaan gadai emas di akhir 2011, nilai ini lebih rendah hampir Rp 100 miliar. Kala itu, pembiayaan gadai emas BSMI mencapai Rp 520 miliar. Sayang, Endang tak menjelaskan alasan penurunan pembiayaan gadai ini.

Yang jelas, target pembiayaan Qardh Beragun Emas BSMI hingga akhir Desember 2012 sebesar Rp 500 miliar. Ada beberapa cara untuk mencapai target tersebut. Misalnya, perluasan jaringan. BSMI akan menambah kantor cabang yang melayani gadai emas. Saat ini, dari 326 kantorcabang, hanya 55 kantor yang melayani gadai emas.

Nah, akhir tahun nanti, Endang optimistis layanan gadai emas BSMI dapat ditemukan di 65 kantor cabang. Selain itu, BSMI akan menambah jumlah karyawan dan perbaikan sistem teknologi informasi.

BSMI juga memiliki kesempatan luas menyalurkan pembiayaan gadai emas lebih banyak. Per bulan ini, total pembiayaan BSMI Rp 5,9 triliun. Artinya, porsi pembiayaan gadai emas masih di bawah 10% dari total pembiayaan alias jauh di bawah ketentuan BI sebesar 20%. “Ruang untuk ekspansi kami di gadai emas memang masih luas,” kata Endang.

BSMI sudah menyiapkan produk Tabungan Rencana Mega Emas (TRME). Di sini, nasabah yang sudah punya emas dapat menggadaikan si kuning itu, lalu membuka rekening TRME. Setiap bulan, secara autodebet, nasabah melakukan pelunasan selama satu tahun. Pembiayaan ini untuk nasabah berpenghasilan tetap. Adapun akad yang dipakai adalah Wadiah.

Sementara itu, Kepala Solusi Emas Unit Usaha Syariah Bank Danamon Budi Utomo menyebut, target penyaluran pembiayaan gadai emas selama tahun ini sebesar Rp 400 miliar. Saat ini, mereka sudah menyalurkan pembiayaan Rp 298 miliar. “Tapi, pembiayaan yang masih jalan sekitar Rp 108 miliar,” imbuh Budi.

Adapun total pembiayaan Danamon Syariah hingga semester I 2012 mencapai Rp 1,1 triliun. Tahun ini, target pembiayaan ditetapkan Rp 1,67 triliun. Budi menyatakan, porsi pembiayaan emas mereka masih dalam batas aman dan belum melampaui ketentuan dari bank sentral.

Ke depan, Budi optimistis target itu bakal tercapai. Soalnya, Danamon Syariah gencar melakukan penambahan cabang selama tahun ini. Pada akhir 2011, kantor cabang Danamon Syariah cuma 51 kantor. Akhir bulan ini, Budi menyebut jumlah cabangnya sudah mencapai 150 kantor.

Tak cuma menambah kantor, Danamon Syariah mengajukan izin pembiayaan emas berskema Murabahah. “Kami berharap izin segera keluar sehingga bisa mengejar target pembiayaan di kuartal IV,” kata Budi.

Lukita pun yakin bisnis emas dan gadai emas di bank syariah akan terus tumbuh. Tren kepemilikan logam mulia dengan akad Murabahah akan meramaikan persaingan di tahun depan. Memang, saat ini, produk KLM BRIS tidak menerima nasabah baru.

Tapi, BRIS sudah memiliki izin pembiayaan emas berakad Murabahah. Kini, BRIS menunggu tinjauan BI terhadap pembiayaan KLM yang existing terkait perlu tidaknya mengubah akad. “Data pembiayaan KLM terakhir kami mencapai Rp 300 miliar,” kata Lukita.

***Sumber: KONTAN MINGGUAN 50 XVI 2012 Laporan Utama


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×