kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Mulai Mengerem Kepemilikan SBN, Pasar SBN Tetap Menarik


Minggu, 17 Juli 2022 / 12:10 WIB
Bank Mulai Mengerem Kepemilikan SBN, Pasar SBN Tetap Menarik
ILUSTRASI. Kepemilikan surat berharga negara atau SBN oleh perbankan melambat dan hanya tumbuh 6,39% secara year on year (yoy) dari Rp 1.528,57 triliun menjadi Rp 1.626,21 triliun per Mei 2022.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan surat berharga negara  atau SBN oleh perbankan melambat dan hanya tumbuh 6,39% secara year on year (yoy) dari Rp 1.528,57 triliun menjadi Rp 1.626,21 triliun per Mei 2022. Ini karena perbankan mulai kembali aktif menyalurkan kredit seiring ekonomi yang menggeliat.

Data Bank Indonesia menyebutkan penyaluran kredit perbankan tumbuh 8,7% secara year on year menjadi Rp 5.999,0 triliun per Mei. Pertumbuhan tersebut pertumbuhan melewati kepemilikan perbankan di SBN yang per Mei 2022 hanya tumbuh 6,39%.

Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia (BNI) Fayadri menyebut, hal tersebut memperlihatkan pulihnya perekonomian pasca pandemi Covid-19 membuat perbankan kembali membuka penyaluran kredit. Di satu sisi, hal ini mulai dikhawatirkan pelaku pasar akan berdampak terhadap dukungan kepada pasar SBN.

Baca Juga: Porsi Asing di Pasar SBN Terus Merosot, Daya Serap Domestik Kian Dipertanyakan

Namun, ia menilai, investor tidak perlu terlalu khawatir dengan situasi tersebut. Pasalnya, selain perbankan, sebenarnya masih banyak investor lainnya di dalam negeri yang juga memiliki dana besar dan masih tertarik untuk masuk ke pasar SBN. Mulai dari kelompok dana pensiun, asuransi, dan reksadana.

“Potensi dari segmen ritel di SBN tidak dapat dipandang sebelah mata seiring dengan makin meningkatnya pemahaman dari nasabah ritel ini terhadap seluk beluk investasi pada obligasi, serta makin mudahnya prosedur untuk melakukan investasi,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7).

Oleh karena itu, ia optimistis stabilitas pasar SBN masih akan dapat dijaga oleh investor domestik. Hal ini terlihat dari pelaksanaan lelang SBN yang masih diminati dan mencatatkan oversubscribed serta kondisi likuiditas di pasar sekunder.

Selain itu, dengan besarnya porsi kepemilikan investor domestik di SBN yang berada di angka 84,30% (data per 13 Juli 2022) juga menjadi hal positif terhadap pasar SBN. Dengan demikian, ketergantungan terhadap investor asing sudah berkurang.

Fayadri tak menampik bahwa belakangan ini pasar obligasi secara keseluruhan sedang mengalami tekanan. Terutama disebabkan oleh dampak tren kenaikan suku bunga oleh The Fed serta bank setral lainnya untuk memerangi tingginya laju inflasi.

Terlebih, dengan masih tingginya data inflasi Amerika Serikat pada Juni, serta potensi respon agresif yang diberikan oleh bank sentral. “Kami memperkirakan yield obligasi masih berpotensi untuk mengalami kenaikan dan akan mencoba mendapatkan level keseimbangan barunya,” imbuhnya.

Dengan memperhatikan perkembangan laju inflasi serta respon yang diberikan oleh The Fed serta banyak bank sentral, sampai akhir tahun nanti yield SBN tenor 5 tahun diproyeksikan dapat berada di kisaran 6.45%-6.70%. Sedangkan untuk SBN tenor 10 tahun diproyeksikan dapat berada di kisaran 7.45%-7.70%.

Baca Juga: Pertumbuhan Penyaluran Kredit Mulai Kalahkan Penempatan Dana Bank di SBN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×