kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bank incar untung dari fluktuasi SUN


Selasa, 13 Oktober 2015 / 07:34 WIB
Bank incar untung dari fluktuasi SUN


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kondisi pasar obligasi yang fluktuatif sepanjang tahun ini justru dimanfaatkan perbankan untuk masuk. Alhasil, pertumbuhan kepemilikan bank pada surat utang negara (SUN) di posisi ketiga terbesar pada tahun ini.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, per 9 Oktober 2015, akumulasi kepemilikan bank pada SUN mencapai Rp 419,83 triliun. Jumlah ini meningkat 11,79% dibandingkan akhir tahun lalu, yaitu Rp 375,55 triliun.

Pertumbuhan kepemilikan bank menjadi ketiga tertinggi, setelah reksadana dan investor asing, yang masing-masing tumbuh 34,72% dan 13,56%.

Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menjelaskan, profil investor perbankan pada SUN umumnya bersifat trading, sebab aset liabilitas industri ini cenderung pendek. "Sentimen yang berkembang di pasar setiap hari akan mempengaruhi kepemilikan bank," ujarnya, Senin (12/10).

Desmon menilai, peningkatan kepemilikan bank sepanjang tahun ini lebih dipicu sentimen negatif yang mendera pasar domestik. Saat rupiah jatuh, pasar SUN terkoreksi tajam. Bahkan, per 29 September lalu, harga SUN tenor 10 tahun terkoreksi ke 92,35, dan yield 9,72%. Ini harga termurah setidaknya sepanjang dua tahun terakhir.

Nah, harga surat utang yang sudah murah menjadi kesempatan perbankan untuk masuk. "Jadi, mereka bisa menjual lagi saat harga naik dan menikmati selisih harga alias capital gain," jelas Desmon.

Selain daya tarik itu, bank memang sedang kelebihan likuiditas, sehingga memarkir dana mereka di SUN. Dana pihak ketiga (DPK) per Juli 2015 mencapai Rp 1.612,1 triliun, naik 1,87% dari akhir tahun lalu. Padahal, penyaluran kredit sedang lesu.

Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan sepakat, fluktuasi SUN sepanjang tahun ini bak angin segar bagi perbankan. Volatilitas menjadi daya tarik meraih capital gain. Menurut Ariawan, jenis SUN yang diburu perbankan terbagi dua.

Bank mengejar SUN bertenor di bawah satu tahun jika ingin mengoleksi hingga jatuh tempo alias hold to maturity. Sebaliknya, untuk trading, bank memburu SUN tenor menengah dan panjang, sebab lebih volatil. "Lebih mudah mengambil posisi saat harga sering berfluktuasi," jelasnya.

Bank umumnya mengincar seri acuan (benchmark) karena likuid. Desmon menduga, kepemilikan bank pada SUN masih akan tumbuh hingga akhir tahun ini, seiring tren pertumbuhan DPK. Apalagi prospek SUN diperkirakan cerah, dengan ekspektasi target inflasi tahun ini tercapai.

Menurut Ariawan, peluang kenaikan harga SUN bakal menjadi daya tarik. Sentimen eksternal yang bisa menekan kinerja rupiah mulai berkurang. Prediksinya, yield SUN tenor 10 tahun bisa turun ke 8,2%-8,3% pada akhir tahun ini. Senin (12/10), yield seri tersebut di level 8,51%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×