Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Noverius Laoli
Kini, BNI menggandeng Sea Limited sebagai pemilik e-commerce Shopee dalam mengembangkan Bank Mayora yang baru saja rampung diakuisisi. BNI juga membatalkan rencana rights issue karena memilih melakukan penguatan modal secara organik mengandalkan kinerja laba pada kuartal mendatang.
Ekonom yang juga pakar keuangan dan pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai bankir sebaiknya jangan terlalu optimis dengan kondisi saat ini dengan memangkas biaya pencadangan. Lantaran, fundamental perbankan masih akan diuji secara ekonomi makro hingga masa relaksasi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 usai.
Lantaran, kinerja perbankan serta pergerakan sahamnya akan dipengaruhi oleh sentimen negatifnya yang datang dari tingginya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Ini bisa terjadi bila bank kekurangan pencadangan, melesatnya inflasi, dan masih belum normalnya pertumbuhan ekonomi riil ke level 5% riil seperti sebelum pandemi.
“Saham perbankan masih menarik, tapi harus dilihat price book to value-nya dulu beserta pertumbuhan ke depannya. Namun seharusnya relatif wajar harganya saat ini karena masih tahun relaksasi sehingga pertumbuhan kredit juga masih belum bisa tinggi,” ujar Budi kepada Kontan.co.id pada Rabu (27/4).
Baca Juga: Kinerja BRI (BBRI) Diramal Tumbuh Positif Tahun Ini, Simak Rekomendasi Sahamnya
Ia menilai saham BBCA sudah sewajarnya tinggi. Namun bank yang masih bisa dihargai di bawah itu. Ia melihat BBRI akan menarik bila memiliki PBV 2,5 kali. Sedangkan untuk BMRI PBVnya paling tinggi 2 kali. Sedangkan untuk BBNI dan BBTN berkisar 1,5 kali.
Adapun Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menyatakan saham perbankan masih menarik untuk dikoleksi di saat pemulihan ekonomi terus berlangsung. Lantaran geliat aktivitas ekonomi membuat transaksi perbankan akan kembali meningkat.
Selain itu, ada sentimen kenaikan suku bunga yang akan terjadi pada tahun ini, sehingga pendapatan bunga perbankan akan ikut naik. Di sisi lain, gap antara penyaluran kredit dan dana pihak ketiga perbankan atau loan to deposit ratio (LDR) masih besar di kisaran 77%.
“Hal ini yang menyebabkan melimpahnya likuiditas perbankan yang disebabkan oleh selektifnya bank dalam melakukan penyaluran kredit untuk mengurangi risiko imbas pandemi. Dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, kami melihat bank bank besar ini memiliki ruang untuk tumbuh apalagi didukung dengan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun ada ketidakpastian, namun kami yakin perbankan akan mampu melewati itu semua,” ujarnya kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Cetak Kinerja Apik, Simak Rekomendasi Saham Emiten Perbankan Berikut Ini
Oleh sebab itu, Pilarmas memasang target harga BBCA di level 8.400 dan 5.250 untuk saham BBRI. Sedangkan untuk target BBNI 9.200 sudah tercapai sehingga ia tengah menghitung ulang dengan ada potensi bisnis di masa yang akan datang.
Isabella Gunawidjaja, Research Analyst DBS Vickers Securities merekomendasikan beli untuk BMRI dengan target harga 8.600. Ia juga menyarankan untuk mengoleksi BBNI dengan target harga 10.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News