Reporter: Didik Purwanto, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) kembali melebarkan sayap bisnisnya. Dalam kiprah terbarunya, anak perusahaan grup Bakrie tersebut mendirikan perusahaan baru yang berlokasi di Belanda. Untuk membentuk perusahaan yang berjuluk BSP Netherlands B.V. (BNVB) itu, UNSP cukup menggelontorkan dana €18.000 saja.
Corporate Secretary UNSP Fitri Barnas menjelaskan, seluruh saham BNBV tersebut dikuasai oleh UNSP. "Anak usaha tersebut dibentuk pada 31 Desember 2010 lalu," jelas Fitri dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin.
Manajemen UNSP masih enggan mengungkapkan maksud pembentukan perusahaan baru tersebut. "Mohon maaf, saya sedang rapat di luar kota," ujar Fitri lewat telepon selulernya, Selasa (4/12).
Namun biasanya korporasi lokal membentuk anak usaha di luar negeri untuk mempermudah pencarian dana. UNSP sendiri tahun ini berencana menerbitkan surat utang yang nilainya berkisar US$ 200 juta hingga US$ 250 juta. UNSP berencana menggunakan dana hasil penjualan obligasi tersebut untuk melunasi pinjaman valuta asing (valas) sebesar US$ 160 juta yang akan jatuh tempo tahun ini.
Analis Eko Capital Sekuritas Cece Ridwan menduga, UNSP membentuk perusahaan baru untuk menjaring investor dari Eropa. "Selama ini Grup Bakrie hanya fokus menyasar pasar Asia terutama China dan India. Mungkin mereka akan mulai ekspansi ke Eropa," jelas Cece.
Cece menduga, UNSP akan menjadikan BNBV sebagai agen penjual produk sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk perkebunan lainnya di kawasan Eropa. Apalagi, saat ini harga CPO terus melambung.
Sebagai salah satu produsen CPO terbesar di Indonesia, Cece menilai UNSP memiliki prospek bagus. Jalan UNSP untuk ngebut mencetak laba makin terbuka setelah mengambilalih aset oleokimia milik grup Domba Mas.
M. Iqbal Zainuddin, Direktur UNSP, memperkirakan, di tahun 2011 bisnis oleokimia bisa menyumbang pendapatan sekitar US$ 100 juta. Dari jumlah itu, sekitar US$ 65 juta berasal dari pabrik di tanjung Morawa dan senilai US$ 40 juta dari pabrik di Kuala Tanjung. "Secara moderat, bisnis oleokimia bisa memberi revenue sekitar US$ 100 juta di tahun 2011," kata Iqbal. Setelah akuisisi Domba Mas dan mendirikan anak usaha di Amsterdam, imbuh Iqbal, kinerja keuangan UNSP akan membaik di kuartal I-2011.
Atas dasar itu, Cece merekomendasikan investor untuk mengakumulasi UNSP dengan target harga Rp 410-Rp 415 per saham. Harga UNSP pada penutupan Selasa (4/1) menguat 3,75% menjadi Rp 415 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News