kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bakal dapat suntikan modal asing Rp 200 miliar, saham Sejahtera (SBAT) kian naik


Senin, 07 September 2020 / 06:30 WIB
Bakal dapat suntikan modal asing Rp 200 miliar, saham Sejahtera (SBAT) kian naik


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri tekstil dunia tengah terpukul oleh pandemi Covid-9. Penjualan tekstil dan produk tekstil (TPT) terutama yang berasal dari Tiongkok pada pertengahan tahun ini diperkirakan turun hampir sekitar 50% di pasar dunia. Perlambatan itu terjadi karena negara itu tengah berkonsentrasi mengendalikan Covid-19.

Namun, kondisi tersebut justru jadi keuntungan bagi industri tekstil tanah air, terutama yang berorientasi pada pasar ekspor seperti PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT).

Emiten yang mempunyai pabrik di Bandung Jawa Barat ini sudah menyiapkan strategi untuk meningkatkan pangsa pasar atau  market share  serta kinerja di tahun 2020.

Dalam catatan Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN), industri tekstil merupakan sektor manufaktur yang mencatatkan pertumbuhan paling tinggi sepanjang tahun 2019.

Baca Juga: Sejahtera Bintang Abadi Textile (SBAT) genjot kinerja, begini strateginya

Selain itu, dalam peta jalan Making Indonesia 4.0, industri tekstil itu satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya.

Direktur Utama SBAT Jefri Junaedi mengatakan, sampai akhir tahun ini SBAT berharap market share bisa meningkat. 

"Nah, ini jadi peluang kami untuk menggarap pasar lokal seiring melandainya pasokan produk dari RRC di dalam negeri dan pasar dunia, sekaligus mengembangkan pasar ekspor di Eropa, Amerika Latin dan Afrika yang peluangnya masih besar dan menjanjikan," kata Jefri dalam keterangan resminya, Minggu (6/9).

Pasar domestik memang masih menjadi andalan SBAT, dengan persentase penjualan 70% dan pasar ekspor 30%. Namun, jika melihat situasi pasar tekstil dunia saat ini, kata Jefri, tidak tertutup kemungkinan pasar ekspor kita akan meningkat 15%-20% tahun ini.

SBAT merupakan perusahaan penghasil benang hasil daur ulang bahan tekstil terbesar di Indonesia, dengan dua jenis benang yang dihasilkan, yakni open end dan ring spinning.

“Saat ini, kami sudah mengekspor benang open end warna putih, merah, hitam dan biru serta benang ring spinning ke 22 negara, di antaranya Rusia, Belgia, Kolombia, Uruguay, dan Afrika Selatan. Sementara untuk pasar domestik, ada 321 perusahaan yang menggunakan produk kami,” jelas Jefri.   

Untuk menggenjot kinerja perusahaan tahun 2020 ini, SBAT sedang getol melakukan peremajaan dan pembelian mesin baru. Tercatat, selama tiga bulan belakangan ini, SBAT sudah melakukan dua kali pembelian mesin untuk meningkatkan kapasitas produksi sekaligus menghasilkan benang yang lebih berkualitas. Pertama, pembelian mesin senilai Rp 44,62 miliar dari hasil IPO di bulan April.

Kedua, di bulan Agustus lalu, setelah meraih laba di kuartal lI, SBAT kembali mendatangkan mesin baru Open End Machine dan Finisher Drawframe.

Baca Juga: Tingkatkan produksi, SBAT beli mesin seharga Rp 87 miliar

“Mesin-mesin baru itu sebagai bagian dari peremajaan mesin yang selama ini sudah lama digunakan, dan juga untuk mengganti mesin yang rusak akibat insiden kebakaran di tahun lalu,” kata Jefri.

Dalam waktu dekat ini, kata Jefri, SBAT juga akan kembali mendapatkan suntikan dana asing sebesar Rp 200 miliar yang akan digunakan untuk membeli mesin baru Mop Yarn Machine untuk memenuhi kebutuhan produk kain pel dan Open End Machine untuk memenuhi kebutuhan produk sarung tangan serta perluasan pabrik yang berada di Bandung.

“Sebetulnya sudah ada mitra strategis yang sejak awal memang ingin masuk. Namun, karena pertimbangan strategi dan bisnis, mereka ingin masuknya setelah kami IPO lewat skema private placement. Kami berterima kasih, investor internasional memberikan peluang untuk dapat mengakses pembiayaan yang lebih baik. Rencananya, dana investasi itu untuk pengembangan usaha selama 3 tahun ke depan,” jelas Jefri.

Saat ini, tambah Jefri, permintaan akan benang untuk produksi kain pel dari pabrikan di Pakistan, Bangladesh, India dan sarung tangan dari Rusia, Ukraina, serta Korea Selatan terus meningkat. Kebutuhan benang dari kain pel dan sarung tangan yang harus dipenuhi itu sekitar 10000 ton/bln atau sekitar 50 kontainer.

Sedangkan SBAT, sambung Jefri, saat ini baru bisa menyanggupi permintaan sebesar 1600 ton/bulan atau sekitar 8 kontainer seiring dengan kapasitas produksi tahunan yang mencapai 20.000 ton.

Rencananya, dengan tambahan mesin-mesin baru yang dibeli selama tahun ini, kapasitas tahunan SBAT bisa digandakan hingga mencapai 40-50 ribu ton pertahun.

Di bursa saham sendiri, harga saham SBAT melonjak 9,29% pada perdagangan Jumat, (4/9) kemarin hingga di level Rp 306/saham dari sebelumnya di level Rp242/saham dengan volume perdagangan mencapai 824 ribu lot dan nilai transaksi mencapai Rp27 miliar.

Baca Juga: Tiga bulan setelah listing, Sejahtera Bintang Abadi (SBAT) menyerap seluruh dana IPO

Kenaikan harga saham dan peningkatan volume transaksi yang mencapai 10 kali lipat dari biasanya ini dipicu kabar akan masuknya dana asing ke emiten ini.

“Rencana kucuran dana dari investor ini tentu ikut mempengaruhi sentimen pasar. Kami yakinkan publik, bisnis kami terus bertumbuh dan punya prospek yang cerah dimasa mendatang. Misi kami membawa benang berkualitas baik di pasar domestik maupun internasional,” kata Jefri.

Ia berharap, tambahan modal investor bisa ikut mengerek pendapatan bersih akhir tahun hingga Rp400 miliar atau naik dari tahun lalu yang berada di angka Rp 318 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×