Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penutupan perdagangan bursa saham Indonesia akhir tahun lalu menorehkan prestasi gemilang. Pasalnya indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatat rekor baru yakni bertengger di level 6.355,65. Pencapaian ini sejalan dengan perkiraan Bahana Sekuritas yang sejak awal tahun lalu memperkirakan indeks akan berada di kisaran 6.300.
Menurut catatan Bahana, perbaikan makro ekonomi yang tercermin pada nilai tukar rupiah yang relatif stabil, diiringi dengan penurunan suku bunga acuan serta fiskal yang terjaga, menjadi salah satu faktor yang membuat indeks melaju cukup kencang menjelang akhir 2017. Ditambah lagi, berlanjutnya pembangunan infrastruktur serta harga komoditas yang stabil naik termasuk harga batubara.
Memasuki 2018, Kepala Riset dan Strategi Bahana Sekuritas Andri Ngaserin memaparkan, pasar saham Indonesia akan mencari keseimbangan meski untuk jangka menengah dan panjang, Bahana menilai pasar saham Indonesia sangat optimistis. Ini karena dukungan bonus demografi serta pemerintah masih akan melanjutkan reformasi struktural.
''Tahun ini pasar akan mencari keseimbangan antara stabilitas makro ekonomi yang terjaga dengan beberapa faktor risiko yang membayangi yakni tren kenaikan harga minyak dunia, perhelatan pilkada serentak di dalam negeri serta kebijakan investasi pemerintah China,'' kata Andri dalam rilis (14/1).
Beberapa faktor risiko yang menjadi perhatian investor dalam tahun ini di antaranya kebijakan pemerintah China yang ingin mengurangi investasi langsungnya di luar negeri dalam waktu dekat termasuk di ASEAN. Ini bisa berakibat pada perlambatan ekonomi domestik. Pasalnya, investasi menjadi salah satu pendorong perekonomian Indonesia.
Selanjutnya, tren kenaikan harga minyak dunia yang saat ini berada pada kisaran US$ 66 per barel, lebih tinggi dari asumsi harga minyak dunia yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar US$48 per barel. Hal ini akan berpengaruh terhadap defisit transaksi berjalan bila tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau bakal menimbulkan inflasi bila harga BBM subsidi naik.