kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awal tahun, suplai SBN melimpah


Sabtu, 18 Februari 2017 / 08:11 WIB
Awal tahun, suplai SBN melimpah


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Dengan strategi front loading, pemerintah agresif menerbitkan surat berharga negara (SBN) sejak awal tahun. Hal tersebut tercermin dalam realisasi penerbitan per 14 Februari 2017 yang sudah mencapai 20,92% dari target pemerintah sepanjang tahun ini.

Mengacu data dwi mingguan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 8 Februari 2017, pemerintah telah menerbitkan SBN senilai Rp 124,83 triliun. Ditambah dengan dana hasil lelang pada 14 Februari 2017 yang mencapai Rp 18,43 triliun, maka totalnya mencapai Rp 143,26 triliun. Jumlah tersebut setara dengan 20,92% dari target penerbitan SBN tahun 2017 yang mencapai Rp 684,83 triliun.

Kendati pasokan obligasi pemerintah melimpah, pasar obligasi diprediksi akan tetap positif. Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra berpendapat, pasokan yang cukup melimpah tersebut didorong oleh kebutuhan dana pemerintah yang cukup besar di awal tahun.

Strategi front loading tersebut menurutnya tepat guna mengantisipasi penerimaan dana pajak yang masih belum bisa diandalkan di awal tahun. "Jadi yang bisa diandalkan untuk mengisi pendapatan negara adalah penerbitan surat utang, terlebih akan ada beberapa surat utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat," ujar Made.

Senior Research Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo menuturkan, strategi front loading ini juga diimbangi tingginya permintaan investor. Buktinya, hasil lelang kerap oversubscribed. Pemerintah selanjutnya bakal menggunakan dana penerbitan surat utang untuk membangun infrastruktur dalam negeri. "Inisiatif pemerintah tersebut didukung dengan kondisi pasar yang sedang bullish," tutur Beben.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Nicodimus Anggi Kristiantoro berpendapat, strategi front loading akan berdampak positif terhadap pasar SUN. Apalagi makroekonomi domestik tetap stabil, sehingga dapat menahan tekanan dari global, khususnya sentimen kenaikan Fed funds rate (FFR) secara agresif akibat kebijakan reformasi pajak dari Presiden AS Donald Trump.

Strategi investor

Bagi investor, strategi front loading akan membuat pasar diserbu penawaran. Maka, menurut Made, strategi investasi yang paling tepat dalam situasi ini adalah melakukan trading. "Kalau tidak melakukan trading dengan supply yang bertambah akan sulit harga SUN naik," kata Made.

Ia memprediksi di kuartal 1-2017, penerbitan obligasi negara akan mencapai 27,42%-28,12% dari target pemerintah. Banyaknya pasokan tak membuat harga SUN tertekan karena likuiditas di pasar masih cukup besar. Prediksinya, yield SUN seri FR0059 tenor 10 tahun di akhir kuartal I sebesar 7,25%.

Beben juga melihat, tahun ini surat utang pemerintah masih berpeluang mencatatkan imbal hasil positif dengan prediksi secara moderat di kisaran 4% dan prediksi optimistis di kisaran 6%.

Namun, tidak dipungkiri tantangan masih tetap ada, baik dari dalam negeri maupun global. Dari global, pelaku pasar masih akan mencermati berbagai kebijakan Donald Trump. Lalu ada rencana kenaikan suku bunga The Fed, pemilu beberapa negara di Eropa, serta ekonomi Tiongkok yang masih belum pulih. Sedangkan dari dalam negeri, tantangannya adalah nilai tukar rupiah dan laju inflasi.

Hingga akhir kuartal I, Beben memprediksi penerbitan obligasi pemerintah mencapai 30% dari target atau sekitar Rp 200 triliun. Sedangkan prediksi yield SUN FR0059 sekitar 7,12%-8,42%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×