kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Awal Maret, kepemilikan asing di SBN sudah tembus Rp 945 triliun


Kamis, 07 Maret 2019 / 13:33 WIB
Awal Maret, kepemilikan asing di SBN sudah tembus Rp 945 triliun


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kombinasi sentimen dari dalam dan luar negeri membuat kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) terus bertambah.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, hingga Selasa (5/3) kepemilikan dana asing di SBN mencapai Rp 944,56 triliun. Sehari sebelumnya, dana milik investor asing di pasar obligasi negara menembus rekor di level Rp 945,88 triliun.

Jika dihitung dari awal tahun, investor asing telah melakukan aksi beli SBN sebesar Rp 51,31 triliun. Lonjakan terbesar terjadi di bulan Februari lalu yang mana aksi beli investor asing di pasar obligasi negara mencapai Rp 32,8 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, menggemuknya kepemilikan asing di SBN tak lepas dari berkurangnya risiko perang dagang antara AS dan China. Walau prosesnya cukup alot, kedua negara terus-menerus mengadakan pertemuan untuk membahas kebijakan tarif yang sesuai.

Hal ini membuat para pelaku pasar global lebih lega, bahkan kembali memanasnya hubungan politik antara AS dan Korea Utara sudah tidak terlalu dikhawatirkan.

Selain itu, keputusan The Federal Reserves yang lebih berhati-hati untuk menaikkan suku bunga acuan AS juga membuat para investor asing lebih yakin untuk masuk ke pasar obligasi Indonesia.

Research analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menambahkan, ketika kondisi global lebih tenang, investor asing biasanya akan mencari negara-negara emerging market yang menawarkan return menarik dan fundamental ekonomi yang stabil.

Indonesia lantas menjadi salah satu di antara negara tersebut. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat 5,17% di tahun lalu sudah sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar. Begitu pula dengan kurs rupiah yang kini masih stabil di kisaran Rp 14.000—Rp 14.100 per dollar AS.

Posisi yield Surat Utang Negara (SUN) yang saat ini berada di kisaran 7,8%--7,9% untuk tenor 10 tahun juga dinilai cukup ideal bagi investor asing. “Tingkat yield obligasi Indonesia lebih tinggi dari negara berperingkat utang serupa, misalnya India yang posisi yield obligasinya sekitar 7,7%,” ungkap Desmon, Rabu (6/3).

Fikri juga berpendapat serupa. Kendati yield SUN berangsur-angsur turun, inflasi Indonesia masih berada di level rendah, yakni 2,57% hingga Februari lalu. Dalam beberapa kesempatan, Indonesia justru mengalami deflasi.

Dengan asumsi yield SUN 10 tahun berada di level 7,8%, maka real interest rate yang didapat sekitar 5,3%. Hasil ini membuat real interest rate Indonesia cukup tinggi sehingga memungkinkan bagi investor asing masuk ke pasar obligasi domestik. 

Real interest rate Indonesia lebih menarik dibandingkan dengan negara emerging market lainnya, bahkan juga dengan sebagian negara maju,” jelasnya, kemarin.

Ia menambahkan, tingginya nilai real interest rate Indonesia untuk sementara bisa menutupi kekurangan seperti data neraca transaksi berjalan yang masih mengalami pelebaran defisit. Namun, pemerintah tetap tidak boleh abai untuk mengatasi masalah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×