kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Austindo Nusantara (ANJT) Akan Fokus pada Produk CPO dan Industri Makanan di 2025


Jumat, 03 Januari 2025 / 19:00 WIB
Austindo Nusantara (ANJT) Akan Fokus pada Produk CPO dan Industri Makanan di 2025
ILUSTRASI. PT Sahabat Mewah dan Makmur (SMM), anak usaha dari PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) menerima kunjungan dari Duta Besar dan Diplomat dari 9 Kedutaan Besar negara sahabat di kawasan Amerika dan Eropa. PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit (CPO) hingga 2 juta ton di dalam negeri pada tahun 2025 ini.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak bisa dipungkiri, bisnis hasil perkebunan tak akan lekang oleh waktu lantaran permintaannya yang tidak akan pernah habis. Peluang tersebut pun berusaha ditangkap oleh PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT).

Didirikan pada tahun 1993, perusahaan ini dulu bernama Austindo Teguh Jaya (ATJ). Perusahaan pun mengubah nama menjadi Austindo Nusantara Jaya pada tahun 1998.

Pada tahun 2012, perseroan mulai fokus pada kelapa sawit, sambil mengembangkan agrobisnis baru yang berbasis tanaman pangan lainnya.

Praktik agronomi, inovasi, dan efisiensi juga digunakan untuk mengembangkan usaha agribisnis baru, khususnya dalam pemanenan dan pengolahan sagu dan sejumlah sayuran lain.

Baca Juga: Harga CPO Berfluktuasi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Sawit Berikut

Austindo pun memutuskan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013. Kala itu, ANJT menawarkan 10% dari total saham perseroan kepada publik.

Saat ini, ANJT memiliki fokus bisnis di bidang agribisnis, jasa keuangan, kesehatan, dan energi terbarukan. Sayangnya, perseroan belum fokus untuk ikut berkontribusi sepenuhnya dalam program B40 di tahun 2025.

Meskipun begitu, Austindo tak menampik adanya sentimen positif dari kebijakan B40 terhadap industri sawit, baik domestik maupun global.

Direktur Keuangan ANJT, Nopri Pitoy mengatakan, kebijakan B40 yang rencananya diterapkan tahun ini diperkirakan akan meningkatkan permintaan minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) hingga 2 juta ton per tahun di dalam negeri.

Baca Juga: Produksi TBS dan CPO Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Menurun

“Akibat peningkatan kebutuhan CPO dalam negeri, harga acuan CPO pada semester II 2024 kemarin telah naik mencapai lebih dari US$ 1.000 per ton atau sekitar lebih dari MYR 5.000 per ton,” ujarnya kepada Kontan beberapa waktu lalu.

Meskipun produk sawit ANJT ditunjukkan untuk industri makanan, kondisi tersebut memberikan dampak positif terhadap kinerja perseroan. Yaitu, terjadinya peningkatan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) CPO sejak awal semester II tahun lalu.

Hingga akhir September 2024, ASP CPO meningkat 6,2% secara tahunan alias year on year (YoY) menjadi US$ 787 per ton. Pada periode sama tahun 2023, ASP CPO ada di level US$ 741 ton.

ASP palm kernel (PK) alias inti sawit juga melonjak 27,1% YoY, dari US$ 364 per ton di akhir September 2023 menjadi US$ 463 per ton di akhir September 2024. Kenaikan ASP ini menjadi katalis positif bagi profitabilitas perusahaan yang meningkat 1.197,5% YoY di akhir kuartal III 2024.

“Peningkatan profitabilitas terjadi di tengah penurunan volume produksi akibat cuaca ekstrim di beberapa area operasional,” ungkapnya.

Baca Juga: Laba ANJT Terselamatkan Kenaikan Harga Sawit, Begini Prospek di Akhir 2024

Melansir laporan keuangan, ANJT mencatatkan total pendapatan sebesar US$ 168,4 juta per kuartal III 2024, turun sebesar 5,1% YoY. Penyebab utama penurunannya adalah penurunan pendapatan dari segmen kelapa sawit.

Per kuartal III 2024, 97,3% dari pendapatan konsolidasi ANJT berasal dari penjualan produk-produk kelapa sawit. Sementara, 2,7% sisanya berasal dari pendapatan konsesi jasa serta penjualan edamame dan pati sagu.

Meskipun pendapatan turun, tetapi laba bersih perseroan tercatat naik. ANJT mencatatkan laba bersih sebesar US$ 1,49 juta per kuartal III 2024. Raihan ini naik 145,6% YoY dibandingkan laba bersih sebesar US$ 610,30 ribu pada periode yang sama tahun lalu.

Hal tersebut terutama disebabkan oleh harga CPO yang lebih tinggi dan penurunan biaya untuk pemeliharaan jalan dan pupuk untuk tanaman menghasilkan.

Di tahun 2025, ANJT pun berencana untuk meningkatkan produktivitas perkebunan. Perseroan meningkatkan dosis pupuk untuk memperbaiki nutrisi tanah, terutama di perkebunan yang terdampak El Nino pada tahun 2023-2024.

Langkah tersebut membantu pertumbuhan vegetatif, perkembangan akar dan bunga, serta kualitas buah. Pengaplikasian pupuk juga dilengkapi dengan pupuk kompos untuk menjaga struktur dan kelembaban tanah, terutama di perkebunan yang rentan terhadap kekeringan.

Saat ini, ANJT memiliki tiga fasilitas pengomposan dan berencana membangun dua lagi dalam beberapa tahun ke depan.

Baca Juga: Ini Penyebab Pendapatan Austindo (ANJT) Turun 6,1% di Semester I-2024

“Kami juga fokus pada program keberlanjutan bagi pemasok buah luar, termasuk petani plasma dan independen, untuk menjaga ketersediaan buat berkualitas baik,” paparnya.

Dengan sejumlah inisiatif tersebut, ANJT pun menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) dari kebun inti meningkat sekitar 10% pada tahun 2025, jika dibandingkan dengan tahun 2024.

Ditambah dengan pembelian TBS dari eksternal, ANJT pun menargetkan produksi CPO tumbuh sekitar 15% di tahun ini.

Jumlah produksi untuk tahun 2024 memang belum keluar. Jadi, sebagai gambaran, ANJT mencatatkan produksi TBS sebesar 577.567 ton dari perkebunan inti per kuartal III 2024, turun 11,8% YoY.

Produksi CPO sebesar 185.641 ton per kuartal III 2024, turun 12,5% YoY. Sementara itu, produksi PK turun sebesar 6,4% YoY menjadi 36.428 ton di akhir September 2024. Produksi minyak inti sawit alias palm kernel oil (PKO) juga turun 15,6% YoY menjadi 915 ton.

Baca Juga: Produksi TBS dan CPO Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Menurun

“Kami berharap, peningkatan volume produksi dapat mendorong pertumbuhan kinerja finansial. Meskipun tantangan masih ada, seperti cuaca esktrim, fluktuasi harga CPO, hingga perubahan regulasi pemerintah,” katanya.

Meskipun tidak secara langsung berkontribusi ke program B40, tetapi ANJT mendukung penuh kebijakan tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

Hal itu sejalan dengan target ESG perseroan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil hingga 20% dan meningkatkan portofolio EBT hingga di atas 60% pada tahun 2025.

Menurut Nopri, ANJT telah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebesar 17,8% hingga akhir 2023, jika dibandingkan tahun 2017. Sebesar 43% energi yang digunakan pun sudah berasal dari energi terbarukan.

Baca Juga: Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Production and Sales Decline in the First Half 2024

“Pencapaian ini menempatkan ANJT pada jalur yang tepat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai target net zero carbon pada tahun 2030,” ungkap Nopri.

Melansir RTI, harga saham ANJT parkir di level Rp 710 per saham pada akhir perdagangan hari ini, Jumat (3/1). Dalam lima tahun terakhir, saham ANJT sudah turun 11,25%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×