Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SYDNEY. Posisi dollar Australia kian tertekan terhadap dollar AS pada transaksi perdagangan hari ini (3/9). Pada pukul 14.43 waktu Sydney, mata uang yang kerap dipanggil Aussie ini melemah 0,5% menjadi US$ 1,0274. Bahkan pada transaksi sebelumnya, aussie sempat menyentuh level US$ 1,0240, yang merupakan level terlemah sejak 25 Juli lalu.
Sementara itu, jika berhadapan dengan yen Jepang, aussie keok 0,6% menjadi 80,43 setelah sebelumnya bertengger di posisi 80,12, juga posisi paling lemah sejak 25 Juli lalu.
Pelemahan dollar Australia terjadi setelah harga obligasi pemerintah melonjak ke rekor tertinggi akibat penurunan penjualan ritel domestik. Kondisi itu menyebabkan tingkat yield obligasi Australia berjangka waktu 10 tahun turun sebesar 9 basis poin atau 0,09% menjadi 3%. Ini merupakan level terendah sejak 27 Juli lalu.
Sedangkan data yang dirilis Biro Statistik Australia menunjukkan, penjualan ritel Australia turun 0,8% pada Juli. Angka tersebut merupakan penurunan terdalam sejak Oktober 2010. Sebagai perbandingan, sejumlah ekonom yang disurvei Bloomberg mematok pentumbuhan penjualan ritel sebesar 0,2% pada Juli lalu.
Pergerakan aussie juga tertekan sentimen dari luar negeri yakni perlambatan ekonomi China. Data menunjukkan, indeks manufaktur China menurun untuk kali pertama dalam sembilan bulan terakhir.
"Ada sentimen domestik dan luar negeri yang memukul aussie. Sentimen dari domestik adalah data penjualan ritel yang lebih buruk dibanding prediksi. Dari luar negeri, data ekonomi China berdampak buruk bagi ekspor Australia," urai Callum Henderson, global head of currency research Standard Chartered Plc di Singapura.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News