Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BOGOR. Pada tahun ini, PT Astra Agro Lestari Tbk tidak memasang target muluk atas volume produksi. Musim kemarau yang panjang di tahun lalu diperkirakan masih berdampak pada produksi emiten berkode saham AALI pada tahun ini.
Direktur Utama AALI Santosa memperkirakan, produksi pada tahun ini akan sama dengan tahun lalu. "Efek kemarau panjang masih akan terasa sampai kuartal III tahun ini," ujar dia. Sampai kuartal III tahun lalu, volume penjualan AALI naik 10% secara tahunan menjadi 1,7 juta ton.
Apalagi usia tanaman AALI sudah banyak yang mature di atas usia 15 tahun. "Profil AALI memang berbeda dengan industri CPO. Jika produsen CPO lain sedang sangat tinggi produksinya kami tidak seperti itu," ujar dia.
Baca Juga: Mayoritas anggaran belanja modal Astra Agro Lestari (AALI) untuk menanam kembali
Saat ini, total lahan AALI seluas 285.000 hektar (ha). Terdiri dari 220.000 ha lahan inti sedangkan sisanya milik plasma. "Usia tanaman baik inti dan plasma sama-sama mature," kata Santosa, Selasa (18/2).
Untuk itu, perusahaan perkebunan milik grup Astra ini setiap tahun melakukan penanaman kembali. "Setiap tahun ada replanting sekitar 5.000 sampai 6.000 hektar," jelas Santosa.
Kondisi ini pula yang membuat perusahaan ini sangat tergantung akan harga jual. "Kami berharap harga jual tahun ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu. Apalagi menengok harga jual di Januari 2020 bisa sampai ke RM 3.000," kata Santosa.
Pasalnya, jika harganya anjlok lagi seperti tahun lalu, laba bersih perusahaan ini bisa saja berubah status menjadi rugi. "Idealnya harga jual CPO untuk kami agar minimal stagnan seperti tahun lalu, harga harus naik Rp 400 per kilogram," jelas Santosa. Tahun lalu, harga jual rata-rata CPO AALI hingga kuartal III 2019 adalah Rp 6.700 per kg.
Baca Juga: Gara-gara virus corona, kapal pengangkut CPO Astra Agro Lestari (AALI) putar balik
Hingga kuartal III tahun lalu, laba bersih AALI sebesar Rp 111,18 miliar, turun 90,1% secara year on year. Sementara pendapatan perusahaan ini turun 9,95% menjadi Rp 12,39 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News