Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID -Â JAKARTA. Investor asing semakin menjauhi pasar modal domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin anjlok 2,08% menjadi 5.667,32. Sejak awal tahun hingga kemarin, indeks bursa saham Indonesia sudah merosot hingga 10,83%.
Kejatuhan IHSG kemarin diiringi dengan aksi penjualan bersih (net sell) investor asing senilai hampir Rp 700 miliar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemodal asing memang tampak masih enggan mendekati pasar saham lokal. Sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), asing sudah membukukan net sell senilai Rp 49,79 triliun.
Lembaga pemeringkat internasional juga sudah memberi sinyal tentang potensi keluarnya dana asing. Moody's Investors Service, misalnya, menyebutkan, seiring dengan menguatnya dollar Amerika Serikat terhadap valuta global, risiko kredit di negara emerging market yang mengandalkan pendanaan luar negeri cenderung meningkat.
Kemerosotan IHSG sejalan dengan posisi rupiah yang semakin loyo di hadapan dollar AS. Selama enam bulan terakhir, rupiah terpangkas 5,71%. Koreksi rupiah termasuk paling dalam dibandingkan valuta negara ASEAN.
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas, Alfred Nainggolan, berpendapat, dari kebijakan AS yang cukup agresif menaikkan suku bunga acuan, maka keluarnya dana asing saat ini wajar. Capital outflow terjadi meski fundamental masih oke
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di kisaran 5,1% sejatinya masih menarik bagi investor asing. Pertumbuhan kinerja emiten juga positif, di kisaran 16%-20%. "Jadi apakah kita masih menarik? Iya. Tapi asing masih mencari kondisi dan waktu yang tepat untuk kembali," ujar Alfred.
Meski rupiah masih bergejolak, selama pertumbuhan ekonomi dan inflasi terjaga, kinerja emiten juga tumbuh baik, itu masih cukup jadi daya tarik dana asing kembali masuk ke Tanah Air.
Namun hingga akhir tahun Alfred masih melihat kecenderungan capital outflow. Di sisi lain, potensi capital inflow di jangka pendek sulit tercapai selama ekonomi AS tumbuh. "Hingga akhir tahun, kami melihat masih ada potensi outflow berkisar Rp 60 triliun-Rp 70 triliun. Untuk Juli saja, sudah ada potensi berada di Rp 60 triliun," jelas Alfred.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, hal terpenting untuk menjaga dana asing tetap masuk adalah kondisi makro ekonomi Tanah Air. Selama target ekonomi tak merosot dalam, maka minat asing berinvestasi di Indonesia tetap ada.
Hingga akhir tahun nanti, dia memperkirakan capital outflow bisa menyusut jadi Rp 25 triliun–Rp 30 triliun.
Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyatakan, keluarnya dana asing masih relevan dengan kondisi saat ini. Hal tersebut berkaca dari pelemahan rupiah, anjloknya IHSG, serta transaksi berjalan yang masih defisit dalam lima bulan terakhir. "Asing pergi sementara dan memilih berinvestasi di AS. Cuma, saya lihat ini hanya sementara, cepat atau lambat akan membaik kembali," ungkap William.
Saham dengan Penjualan Terbesar Investor Asing | |||
Emiten | Net Sell* | Return Saham (%) | |
Ytd | Yoy | ||
BBRI | Rp 11,2 triliun | -24,45 | -9,84 |
TLKM | Rp 5,3 triliun | -16,81 | -18,81 |
ASI | Rp 4,9 triliun | -23,49 | -28,85 |
BBNI | Rp 3,6 triliun | -31,31 | 3,03 |
BMRI | Rp 3,1 triliun | -18,75 | 1,96 |
UNVR | Rp 3 triliun | -20,30 | -8,71 |
UNTR | Rp 2,8 triliun | -11,79 | 13,75 |
HMSP | Rp 2,2 triliun | -25,58 | -8,33 |
BBCA | Rp 1,7 triliun | -4,34 | 15,43 |
PGAS | Rp 1,4 triliun | 4,00 | -19,11 |
Keterangan: *Net sell di pasar reguler, sejak awal tahun hingga kemarin (ytd) | |||
Sumber: RTI, Bloomberg, riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News