Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sejak awal tahun 2016, porsi asing pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang dapat diperdagangkan kian bertambah.
Mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, secara year to date hingga 19 Januari 2015, kepemilikan investor asing tumbuh Rp 6,05 triliun dari Rp 558,52 triliun menjadi Rp 564,57 triliun.
Menurut Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo, wajar apabila kepemilikan asing pada SBN domestik membesar. Maklum, periode sama, investor asing di pasar saham mencatatkan net sell Rp 3 triliun.
Memang sejatinya ada katalis positif bagi bursa saham, semisal pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 25 bps ke level 7,25% serta penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Namun, sejak awal tahun, pasar saham dalam negeri cenderung tertekan oleh sentimen eksternal, yakni perlambatan ekonomi China dan merosotnya harga minyak hingga di bawah level US$ 30 per barel. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun minus 2,2% (ytd).
“Kondisi pasar saham tersebut menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan porsi asing pada SBN yang notabene memiliki risiko relatif lebih rendah,” tukasnya.
Artinya, sebagian investor asing mengalihkan dananya dari aset berisiko seperti efek saham ke aset kurang berisiko semisal Surat Utang Negara (SUN). Sebab, imbal hasil SUN diprediksi lebih besar akibat pelonggaran kebijakan moneter BI.
Lihat saja rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price terangkat 0,96% (ytd) ke level 105,76. Sementara INDOBeX Government Total Return melambung 1,39% (ytd) menjadi 182,88.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News