Reporter: Muhammad Musa, Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing yang keluar dari pasar saham masih deras. Dalam sepekan terakhir, investor asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 9,31 triliun di seluruh pasar per Kamis (18/4).
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, outflow dana asing disebabkan perubahan porsi aset dalam portofolio. Asing tampaknya sedang menghindari aset berisiko, termasuk saham-saham di emerging market.
Alfred menilai, adanya ketidakpastian geopolitik belakangan ini memicu keluarnya dana asing ke aset safe haven lainnya. Sepekan terakhir, tekanan jual asing terlihat paling besar di saham-saham big banks.
Baca Juga: Cek Rekomendasi JPFA, ACES, BBRI, DSNG Untuk Perdagangan Jumat (19/4)
Jumlah net sell yang melanda saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 1,7 triliun. Menyusul PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan total net sell sebesar Rp 1,4 triliun.
Saham big caps lain yang dilanda tekanan jual asing di antaranya PT Astra International Tbk (ASII), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Telkom Indonesia Tbk atau TLKM.
Menurut Alfred, di tengah aksi jual asing, investor domestik juga cenderung wait and see dan turut melakukan penjualan.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy menilai, tekanan jual terhadap saham-saham tersebut masih akan berlanjut selama ketegangan geopolitik masih tinggi.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Harum Energy (HRUM) yang Jual 49% Portofolio Bisnis Nikel
"Tekanan jual ini terjadi sampai ketegangan politik mereda dan bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menurunkan suku bunga," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (18/4).
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, keluarnya dana asing dari bursa saham juga tak lepas dari penguatan dollar AS.
Penguatan dollar AS terjadi di tengah data inflasi yang tinggi, sehingga kemungkinan penurunan bunga Fed akan lebih lama dari perkiraan sebelumnya.
Azis menilai, outflow asing berpotensi terjadi sampai adanya intervensi pelemahan nilai tukar oleh Bank Indonesia (BI) dan adanya ketika penguatan dollar AS mulai mereda.