Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar aset kripto terkoreksi usai the Fed kembali mempertahankan level suku bunga tinggi. Jumat (2/8) pukul 11.25 WIB, Bitcoin sebagai aset kripto kapitalisasi terbesar, terpantau koreksi sekitar 3.61% dalam periode sepekan menjadi US$ 64.510.
Pasar kripto terkoreksi pasca pertemuan pejabat Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, pada Rabu (31/7). The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 5,25%-5,5%. Ini merupakan pertemuan FOMC ke-8 di mana The Fed memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga yang ada di angka tersebut.
Melansir data CoinMarketCap, sesaat setelah keputusan mempertahankan suku bunga tersebut diambil, Bitcoin terkoreksi 3% dari level harga US$ 66.500 ke US$ 64.500 atau setara Rp 1,04 miliar. Senada dengan Bitcoin, Ethereum dan Solana turut terkoreksi masing-masing sebesar 2,92% dan 3,32%, pada saat yang bersamaan.
Kemudian, psikologi pasar yang diukur oleh indeks Fear & Greed alternative.me turut memaparkan perubahan kondisi dari Greed ke Neutral. Merespons kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, situasi ini mengindikasikan turunnya optimisme para pelaku pasar secara umum.
Baca Juga: Harga Fluktuatif di Bulan Juli, Simak Faktor Penggerak Kripto di Agustus 2024
Masih pada hari yang sama, Rabu (31/7), perwalian hukum exchange Mt. Gox merilis pemberitahuan bahwa mengikuti pengembalian dana beberapa kreditur pada 5, 16, dan 24 Juli lalu., Mereka telah mendistribusikan Bitcoin dan Bitcoin Cash (BCH) kepada lebih dari 17.000 kreditur sesuai dengan yang telah direncanakan.
Pengembalian dana tersebut sepertinya berkaitan dengan cold wallet Mt. Gox yang melakukan pemindahan 33.964 Bitcoin senilai sekitar US$ 2,25 miliar ke wallet yang kemungkinan dikelola oleh custodian BitGo.
“Meskipun masih terdapat Bitcoin senilai lebih dari US$ 2 miliar pada dompet kripto Mt.Gox, distribusi ini menjadi kabar positif yang cukup mengurangi ketidakpastian terkait potensi tekanan jual dari para kreditur Mt.Gox dalam jangka waktu yang lebih panjang,” kata Fahmi dalam siaran pers, Kamis (1/8).
Fahmi melanjutkan, tekanan jual yang terjadi terhadap Bitcoin dari instrumen ETF Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) juga terlihat semakin berkurang.
Jika periode Januari - April menjadi momentum dimana para pemilik GBTC yang telah menunggu untuk dapat mencairkan asetnya kemudian melakukan cukup banyak penjualan, di bulan Juli ini angkanya mulai semakin mereda. Saat ini instrumen GBTC memiliki aset dalam kelolaan sebesar 241.290 Bitcoin, turun dari 619.260 Bitcoin pada saat awal peluncuran ETF Bitcoin Spot GBTC Januari lalu.
“Meskipun tekanan jual Bitcoin dari investor di pasar modal AS semakin mereda, peningkatan pembelian yang sempat terjadi terlihat tidak mampu bertahan. Hal ini dapat diakibatkan oleh pilihan aset lain seperti saham dan dolar AS, yang relatif lebih menarik di tengah perkembangan situasi yang ada,” lanjut Fahmi.
Fahmi melihat, apabila The Fed kemudian menurunkan suku bunga acuannya pada September, potensi peningkatan aliran dana masuk ke aset kripto besar kemungkinan akan diiringi dengan tekanan jual yang relatif rendah.
Setelah pemerintah Jerman selesai melakukan penjualan Bitcoin-nya, tekanan jual yang tersisa untuk dikhawatirkan oleh para pelaku pasar adalah dari kreditur Mt. Gox dan GBTC.
Sementara itu, pihak lain seperti pemerintah AS yang juga memiliki Bitcoin dalam jumlah besar relatif belum terlalu memicu kekhawatiran saat ini karena belum adanya tanda-tanda penjualan signifikan dalam waktu dekat.
Dengan demikian, Fahmi menilai, apabila sisa tekanan jual dari kreditur Mt.Gox dan investor GBTC dapat diserap oleh pasar sebelum September, maka Bitcoin berpeluang terapresiasi akibat potensi meningkatnya aliran dana masuk ke aset kripto pasca mulai diturunkannya suku bunga.
Apabila Bitcoin terapresiasi, dapat dikatakan mayoritas aset kripto mungkin akan ikut terapresiasi. Namun, aliran dana masuk baru, biasanya akan menyasar aset dengan kapitalisasi besar terlebih dahulu.
“Sehingga selain Bitcoin, aset kripto seperti Ethereum, Solana, BNB, XRP, atau bahkan Dogecoin dan Toncoin hingga Bitcoin Cash, dapat berpotensi menjadi incaran,” ujar Fahmi.
Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Tajam pada Awal Agustus, Dipicu Peningkatan Risiko Geopolitik
Selain itu, aset kripto yang menjadi pemimpin pasar di sektor potensial seperti Real World Asset (RWA), Artificial Intelligence (AI), Infrastruktur Blockchain, Liquid Staking dan Restaking, hingga Stablecoin dan Gaming juga mungkin akan mendapatkan perhatian yang meningkat dari para investor yang menginginkan eksposur lebih luas di aset kripto.
Namun, Fahmi menegaskan, investor perlu mengingat bahwa berapa basis poin suku bunga akan diturunkan nanti juga akan menjadi variabel yang signifikan yang dapat mempengaruhi potensi besaran dampaknya bagi pasar kripto.
Selain itu, outlook kebijakan suku bunga selanjutnya yang akan dipaparkan pada pertemuan The Fed September nanti juga menjadi faktor yang akan sangat diperhatikan oleh para investor terlebih apabila data perkembangan inflasi masih belum sesuai harapan The Fed.
Oleh karena itu, Fahmi berujar, penting bagi investor untuk selalu mengikuti dinamika dan perkembangan yang ada serta memantau portofolionya secara berkala. Bagi nasabah Reku, investor dapat lebih mudah untuk mengevaluasi performa investasi dengan melihat fitur Portfolio Analysis, sehingga performa investasi secara periodik dapat dipantau secara real-time tanpa harus menghitung secara manual.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News