Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) membeli saham PT Garuda Indonesia sebanyak Rp 3 miliar. Staf Equity Investment PT ASEI, Suryanto, mengatakan bahwa pembelian saham Garuda ini tidak semata-mata karena dorongan Menteri Keuangan, Agus Martowardojo.
Ada pertimbangan lain yang membuat ASEI berani untuk membeli saham Garuda. Ada tiga aspek penting dalam investasi. Ketiga aspek tersebut adalah return, resiko dan likuiditasnya. Saham Garuda sendiri dinilai memenuhi ketiga kualifikasi tersebut.
Suryanto juga mengungkapkan bahwa melalui perbaikan-perbaikan dalam perusahaan Garuda, maka ia optimis bahwa nantinya akan dapat memberikan return yang baik.
Berbeda dengan ASEI, PT Asuransi Jiwasraya (Jiwasraya) enggan membeberkan nilai pembelian sahamnya. Direktur Keuangan Jiwasraya, Hary Prasetyo, hanya memberikan gambaran bahwa nilai pembeliannya tidak sebesar Jamsostek yang mencapai Rp 210 miliar. Ia memaparkan bahwa nilainya memang jauh diatas ASEI yang hanya Rp 3 miliar, namun tidak sampai setengah dari nilai pembelian Jamsostek.
Hary bilang, pembelian saham ini bertujuan untuk diversifikasi investasi. Dikarenakan Garuda merupakan pemain baru di pasar modal. Sebelumnya belum pernah ada industri penerbangan Indonesia yang meluncurkan sahamnya di pasar modal.
Terkait dengan harga saham Garuda yang dinilai diatas harga pasar, Hary bersikap lebih bijaksana. Ia menilai bahwa semuanya harus dilihat dari berbagai sudut. Ia mengakui bahwa apabila dilihat dari sudut Price to Earning Ratio (PE Ratio) memang harganya diatas rata-rata.
Pertimbangan lain yang membuat mereka bersedia membeli saham Garuda adalah nilai Price to Book Value (PBV) yang dianggap masih murah.
Price to book value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per sahamnya. Terdapat dua fungsi utama dari penghitungan PBV ini. Pertama, perhitungan ini untuk melihat apakah sebuah saham saat ini sudah diperdagangkan dengan harga yang mahal, murah atau rata-rata menurut rata-rata historisnya.
Kedua, untuk menentukan mahal atau murahnya sebuah saham saat ini berdasarkan perkiraan harga wajar untuk periode satu tahun mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News