kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Arus net buy deras di November jadi sinyal window dressing?


Kamis, 22 November 2018 / 21:18 WIB
Arus net buy deras di November jadi sinyal window dressing?
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Managing Director Head of Equity Capital Markets PT Samuel International Harry Su menilai mulai derasnya arus masuk dari investor asing ke pasar bursa Tanah Air dalam sebulan terakhir merupakan efek dari mulainya momentum window dressing.

"Ya, mungkin sudah ada efeknya sedikit banyak. Saat market AS turun kita tidak," kata Harry Su kepada Kontan.co.id, Kamis (22/11).

Ketika window dressing terjadi, Harry mengungkapkan sektor maupun saham yang cenderung jeblok akan terangkat kembali, seperti sektor properti dan konstruksi. Dia juga memperkenankan investor untuk melirik dua sektor tersebut.

"Ya boleh saja, kalau mau menggunakan momentum window dressing untuk investasi," jelasnya.

Hanya saja, strategi bagi investor untuk memanfaatkan momentum tersebut dinilai Harry akan berbeda-beda dan tergantung banyak faktor. Diantaranya, apakah investor sudah memiliki saham tertentu, atau punya saham tapi akan keluar, serta faktor lainnya.

"Saya tidak ada rekomendasi khusus untuk itu," ujarnya.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki mengatakan, secara historical window dressing baru akan terjadi pada pertengahan Desember hingga awal tahun. Di mana, dalam lima tahun terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru cenderung terkoreksi 60% dan 40%-nya bullish.

"Memang, jika melihat sebulan terakhir, asing sudah net buy Rp 12,5 triliun di seluruh market, di mana sekitar Rp 8,97 triliun di pasar reguler dan selebihnya di pasar nego," jelasnya.

Meskipun nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan, bunga obligasi 10 tahun menunjukkan tren turun belum cukup memberikan sinyal bahwa window dressing sudah dimulai.

"Tidak, (itu) lebih ke additional power buat IHSG," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×