Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Riset PT Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe optimistis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menguat di kisaran level 6.300-6.500 pada akhir tahun ini.
Pasalnya, fundamental ekonomi dan iklim investasi di Indonesia secara umum dianggap masih dalam kondisi baik. Inflasi masih terkendali walaupun neraca perdagangan mengalami defisit sebesar US$ 1,82 miliar pada perdagangan bulan lalu.
Kiswoyo menyebut koreksi harga atau pelemahan yang terjadi pada perdagangan sepekan terakhir merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dirisaukan.
“Jadi kalau ada koreksi di bulan ini ya itu koreksi sehat. Karena bulan Desember itu selama 17 tahun terakhir IHSG kecil semua,” kata dia ketika dihubungi Kontan.co.id Selasa (20/11)
Menguatnya IHSG juga didukung oleh aksi window dressing yang lazim dilaukan oleh emiten di akhir tahun. Namun, Kiswoyo masih belum bisa memprediksi di pekan keberapa aksi tersebut mulai dilakukan oleh emiten. “Intinya bulan Desember, belum tahu kapan,” tegas dia.
Namun, sejumlah sentimen global juga perlu diwaspadai jelang penutupan perdagangan akhir tahun ini.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, ketidakpastian ekonomi global bisa berlanjut akibat kebijakan the Fed atau utang Pemerintah AS yang dipakai untuk menutup anggaran sudah melebihi batas (debt ceiling).
Seperti yang diketahui, the Fed diprediksi akan kembali menaikkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Hal tersebut tentu akan berpengaruh pada arus investasi yang masuk ke negara berkembang.
Selain itu, adanya aksi profit taking atau aksi ambil untung juga perlu diwaspadai jelang akhir tahun ini.
“Kalau asumsinya nggak ada aksi-aksi profit taking yang membuat IHSG kembali konsolidasi maka bisa mencapai level 6200, walaupun secara year on year masih rendah,” ungkap Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News