kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Arah IHSG akan dipengaruhi hasil FOMC meeting dan RDG Bank Indonesia


Minggu, 13 Desember 2020 / 20:45 WIB
Arah IHSG akan dipengaruhi hasil FOMC meeting dan RDG Bank Indonesia
ILUSTRASI. Hasil FOMC meeting dan RDG Bank Indonesia akan mempengaruhi pergerakan IHSG.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve akan menggelar FOMC Meeting pada Selasa hingga Rabu, 15 -16 Desember 2020. Di pekan yang sama, Bank Indonesia (BI) akan melaksanakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Tepatnya pada Rabu hingga Kamis, 16 -17 Desemer 2020.

Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr memproyeksikan, FOMC meeting akan menjadi sorotan pelaku pasar minggu depan. Apalagi di tengah peningkatan kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS), prospek pembatasan sosial di beberapa wilayah, dan Kongres AS yang belum meloloskan stimulus lanjutan.

"Investor akan menanti pandagan The Fed mengenai prospek ekonomi, dan juga kebijakan lanjutan mengenai program quantitative easing (QE) melalui pembelian surat utang," ujar Zamzami kepada Kontan.co.id, Minggu (13/12). Hal-hal itu menjadi perhatian pelaku pasar sebab The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya menjadi 0%.

Pandangan The Federal Reserve dalam FOMC meeting akan menjadi pertimbangan BI dalam RGD yang digelar setelahnya. Adapun BI masih memiliki ruang untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Baca Juga: Ini sentimen yang bakal menopang pergerakan IHSG di awal pekan

Tingkat  inflasi yang rendah dan stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebenarnya bisa menjadi faktor pendorong pemotomgan tingkat suku bunga acuan. Akan tetapi, Zamzami memperkirakan langkah itu tidak akan dipilih BI.

"BI diprediksi tidak mengubah suku bunganya untuk tetap menjaga attractiveness pasar Indonesia, juga untuk menyimpan opsi penurunan kembali di tahun depan," imbuh Zamzami.

Tidak jauh berbeda, analis MNC Sekuitas Aqil Triyadi memproyeksikan FOMC Meeting akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan agar tingkat inflasi secara moderat berada di 2%.

Begitu pula dengan RDG BI, Aqil memprediksi BI akan mempertahankan tingkat suku bunga saat ini walaupun peluang untuk memangkasnya cukup besar. Sekadar informasi, pada bulan November 2020 BI telah memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps dari sebelumnya 4% menjadi 3,75%.

"Tidak menutup kemungkinan untuk suku bunga BI bisa dipangkas melihat tingkat inflasi Indonesia yang masih rendah," jelas Aqil kepada Kontan.co.id, Minggu (13/12).

Jika tingkat suku bunga dipangkas, masyarakat akan terdorong melakukan belanja sehingga inflasi bisa kembali naik. Oleh karenanya, IHSG akan mendapat sentimen positif jika suku bunga dipangkas. Sehingga, hal ini akan lebih berpengaruh terhadap pergerakan IHSG, dibandingkan BI tetap mempertahankan tingkat suku bunga di level 3,75%.

Baca Juga: IHSG bakal lesu, ini rekomendasi saham untuk Senin (14/12)

Mempertimbangkan keputusan BI, Aqil memiliki dua skenario sepekan ke depan. IHSG bisa saja menembus area support di 5.830 dan terus melorot ke 5.775. Sebaliknya, IHSG bisa saja tidak menembus level support dan menembus level 6.000 dengan level resistance lanjutan di 6.010.

Namun, Aqil melihat IHSG cenderung terkoreksi pekan depan. Pasar memang diwarnai sentimen positif dari pergerakan harga komoditas dan vaksin Covid-19.

Perkembangan kasus Covid-19 di berbagai negara, termasuk Indoneisa, masih menjadi sentimen yang mendominasi dan memberatkan.

Di sisi lain, Zamzami justru memperkirakan pasar akan bergerak positif pekan depan. IHSG diproyeksikan menguji level 6.000 kembali, dengan support -resistance di level 5.894 hingga 6.000.

Menurutnya, pelaku pasar cenderung merespon positif sinyal terkait pandangan The Fed maupun BI mengenai prospek ekonomi ke depan. Termasuk, sinyal kelanjutkan kebijakan QE.

Ia menambahkan, selain rapat bank sentral dan rilis neraca perdagangan dalam negeri. Pelaku pasar juga akan mencermati survei PMI untuk AS, Inggris, Eropa, dan Jepang. Sebab, data-data itu akan menjadi tanda pemulihan ekonomi global saat ini.  Tidak terkecuali data AS dan China terkait rilis industrial output dan penjualan ritel.

Selanjutnya: IHSG rentan terkoreksi pada perdagangan Senin (14/12)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×