Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga keuangan multinasional asal Amerika Serikat (AS), Morgan Stanley melakukan review atau peninjauan indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia. Pergantian ini akan efektif mulai 2 September 2024.
Kali ini, MSCI mendepak saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dari indeks MSCI Global Standard Indexes List. ANTM turun kelas ke indeks MSCI Small Cap Indexes List.
Sementara disaat yang bersamaan, MCSI juga memasukan empat saham lainnya ke dalam MSCI Small Cap Indexes List. Yakni, PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), PT MD Pictures Tbk (FILM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Penggantian konstituen indeks MSCI ini akan efektif pada 2 September 2024. Namun hingga penutupan perdagangan Selasa (13/7), pergerakan kelima saham itu bergerak bervariasi seakan merespon pengumuman ini.
Misalnya, ANTM menutup perdagangan dengan dengan terkoreksi 0,38% ke posisi Rp 1.305 per saham. Berbanding terbalik, saham WIKA berhasil melesat 24,3% atau naik 266 poin ke level Rp 266.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas mengatakan turunnya dari kategori Standard Indexes List ke Small Cap Index tidak serta merta menjadi indikator negatif.
"Perubahan ini lebih mencerminkan perubahan kapitalisasi pasar perusahaan dan bukan penilaian terhadap kinerja fundamental perusahaan," jelasnya kepada Kontan, Selasa (13/8).
Sebaliknya, Sukarno bilang sejumlah emiten ke dalam MSCI Small Cap Index merupakan kabar positif yang umumnya memberikan sentimen positif terhadap saham-saham yang masuk.
Dampak positifnya akan ada capital inflow pada saham bersangkutan karena biasanya ada penyesuaian atau rebalancing portofolio dari manajer investasi maupun investor kakap.
"Jika diikuti fundamental yang bagus maka potensi adanya kenaikan harga dalam jangka panjang cukup bagus. Sedangkan kalau tidak diikuti fundamental yang bagus, kenaikan harganya hanya bersifat sementara," ucap Sukarno.
Rekomendasi Saham
Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas mencermati prospek ANTM dan INCO yang masih belum menarik karena adanya penurunan harga nikel.
Dia menilai secara fundamental dan prospek, CMRY yang paling baik. Ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan dan prospek sektor konsumer primer yang lebih tahan dari guncangan.
Per Juni 2024, CMRY berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 4,41 triliun atau tumbuh 17% secara tahunan. Sementara, laba bersih CMRY melonjak 29% secara tahunan menjadi Rp 802 miliar.
Sementara untuk FILM, lanjut Martha, walaupun bisa mencetak pertumbuhan tetapi secara valuasi tergolong mahal. Adapun Price Earning (PER) FILM mencapai kali per Selasa (13/8).
"Kalau investasi kurang rekomendasi untuk FILM, sementara untuk WIKA bisa trading jelang pemberlakukan indeks di akhir Agustus ini. Kalau mau cari sektor konstruksi lain bisa ADHI, PTPP atau TOTL," jelasnya.
Baca Juga: Saham FILM dan CMRY Masuk Indeks MSCI, Simak yang Keluar dan Masuk Indeks Ini
Sementara Sukarno merekomendasikan trading buy untuk kelima saham itu. ANTM di kisaran Rp 1.355–Rp 1.405 dengan batas support Rp 1.280. Kemudian CMRY di rentang Rp 5.550–Rp 5.725 dengan support Rp 5.150.
Berikutnya trading buy FILM di rentang Rp 4.800–Rp 5.100 dengan patokan support Rp 4.270. INCO di kisaran Rp 3.970–Rp 4.110 dengan support Rp 3.730 dan WIKA di rentang Rp 290–Rp 316 dengan support Rp 244.
Namun dari kelimanya saham unggulan Sukarno jatuh pada WIKA karena secara prospek penguatan harga bisa signifikan. Ini mengingat sebelumnya saham WIKA sudah turun signifikan karena fundamental yang kurang baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News