Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor bisnis energi baru dan terbarukan (EBT) telah merilis laporan keuangan semester I-2024. Mayoritas emiten mampu mencatatkan kenaikan laba tipis, meski secara pendapatan mengalami penurunan.
Tengok saja PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), emiten EBT dengan kapitalisasi pasar (market cap) terbesar. Pendapatan BREN turun 2,32% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari US$ 296,98 juta menjadi US$ 290,07 juta dalam enam bulan pertama 2024.
Emiten dari grup konglomerasi milik Prajogo Pangestu ini mampu mengerek keuntungan meski dengan level yang minimalis. Laba bersih BREN tumbuh tipis 0,53% (YoY) dari US$ 57,64 juta jadi US$ 57,95 juta.
Penurunan pendapatan juga dialami oleh entitas usaha Grup BUMN, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Pendapatan PGEO melandai 1,43% (YoY) dari US$ 206,73 juta menjadi US$ 203,76 juta.
Namun PGEO juga mampu mendongkrak laba bersih dengan kenaikan 3,77% (YoY), dari US$ 92,77 juta ke level US$ 96,27 juta. Nasib serupa dialami oleh PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) pada pertengahan tahun ini.
Baca Juga: Ada BBRI dan BREN, Cek Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Menguat
Pendapatan KEEN menurun 7,86% (YoY) dari US$ 24,55 juta menjadi US$ 22,62 juta. Tapi laba bersih KEEN menanjak sebanyak 3,02% (YoY) dari sebelumnya US$ 9,58 juta menjadi US$ 9,87 juta.
Beda cerita dengan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) yang kompak tergerus pendapatan maupun laba bersihnya. Entitas usaha Grup Astra melalui PT United Tractors Tbk (UNTR) ini meraup pendapatan sebesar Rp 100,33 miliar atau turun 8,69% (YoY) dari sebelumnya Rp 109,88 miliar.
Secara bottom line, laba bersih ARKO tergerus 7,19% (YoY) dari Rp 33,10 miliar menjadi Rp 30,72 miliar. Kendati kinerja merosot, tapi dari sisi pergerakan saham ARKO melaju paling kencang, dengan mengakumulasi kenaikan 56,03% secara year to date.
Harga saham ARKO bahkan melejit 14,58% ke level Rp 1.100 pada awal pekan ini, Senin (12/8). Sementara untuk emiten EBT lainnya, jika diakumulasi sejak awal tahun 2024, harga saham BREN mencatatkan kenaikan 12,71%, PGEO meningkat 5,13%, sedangkan KEEN mengalami penurunan 8,39%.
Baca Juga: Kencana Energi (KEEN) Gencar Ikuti Tender Pembangkit EBT, Kapasitas Aset Bisa Melejit
Analyst Stocknow.id, Dinda Resty Angira menilai kinerja emiten EBT pada separuh pertama tahun ini sesuai ekspektasi. Kinerja emiten EBT juga tak terlepas dari pengaruh makro ekonomi dan tantangan global.
Dinda mengamati penurunan pendapatan emiten EBT terjadi akibat harga jual dan volume penjualan yang melandai. Di sisi lain, peningkatan laba bersih menunjukkan sebagian emiten mampu melakukan efisiensi operasional.
Memasuki semester kedua ini, prospek kinerja emiten EBT berpotensi tumbuh, sejalan dengan potensi meningkatnya permintaan energi ramah lingkungan. Hanya saja, volatilitas harga energi dan tekanan margin masih menjadi risiko.
"Peluang pertumbuhan kinerja emiten EBT terbuka, terutama bagi yang mampu memperluas proyek dan meningkatkan efisiensi. Emiten dengan strategi ekspansi dan manajemen risiko yang baik memiliki prospek yang lebih kuat," kata Dinda kepada Kontan.co.id, Senin (12/8).
Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga turut melihat emiten EBT masih punya ruang yang besar untuk bertumbuh. Terutama untuk jangka yang lebih panjang, dengan dorongan dari komitmen pemerintah menggenjot bauran EBT dalam pembangkit listrik nasional.
Baca Juga: PGEO Akan Akuisisi Pembangkit Panas Bumi
Salah satu segmen EBT yang memiliki potensi pengembangan besar adalah panas bumi. "Pemerintah juga telah menetapkan target ambisius guna membantu mencapai tujuan Nol Emisi pada tahun 2060. Hal ini juga sejalan dengan komitmen global mengatasi perubahan iklim," ungkap Aditya.
Hanya saja, pelaku pasar mesti tetap selektif dalam mencermati indikator valuasi maupun momentum teknikal, jika ingin mengoleksi saham emiten EBT. Merujuk RTI Business, secara valuasi saat ini BREN memiliki Price to Earning Ratio (PER) sebesar 589,73 kali.
Sedangkan PGEO mempunyai PER 16,17 kali, ARKO 52,43 kali dan KEEN 8,02 kali. Kalkukasi Dinda, rata-rata PER pada industri dan sektor energi terbarukan berada di level 74,44 kali. Dus, secara valuasi saham BREN tergolong overvalued.
Dinda menyarankan agar investor mencermati posisi valuasi emiten sembari mempertimbangkan potensi pertumbuhan bisnis jangka panjangnya. Dinda pun menilai saham PGEO dan ARKO layak untuk dikoleksi.
Baca Juga: Harga Saham ARKO Longsor Seiring Disemprit Bursa, Ekspansi Bisnisnya Terus Mengucur
Target harga PGEO bisa dipertimbangkan pada level Rp 1.285 - Rp 1.335, dan stoploss di Rp 1.195. Sedangkan target harga ARKO ada di level Rp 1.175 - Rp 1.250, dengan stoploss di Rp 1.010.
Aditya menyarankan buy on support saham PGEO dan BREN. Koleksi PGEO pada area harga Rp 1.210 - Rp 1.220 untuk target di Rp 1.280 dan stoploss pada Rp 1.195. Untuk saham BREN, masuk pada area Rp 8.100 - Rp 8.250 untuk target Rp 8.825, dan stoploss jika anjlok ke bawah Rp 7.925.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana turut merekomendasikan saham PGEO, BREN dan ARKO. Sedangkan saham KEEN masih cenderung sideways.
Saran Herditya, cermati peluang buy on weakness saham PGEO dengan support di Rp 1.195, resistance Rp 1.265 untuk target harga Rp 1.285 - Rp 1.325. Kemudian, trading buy BREN dan ARKO.
Support untuk BREN ada di Rp 8.075, resistance pada Rp 8.500 untuk target harga Rp 8.750 - Rp 9.175. Sementara untuk support ARKO ada di Rp 1.035, resistance Rp 1.120, dengan target harga Rp 1.140 - Rp 1.180 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News