Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tinggal selangkah lagi pemerintah melalui PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) menguasai 51% saham PT Freeport Indonesia. Sejumlah emiten anggota holding BUMN pertambangan pun mulai menghitung manfaat dibalik akuisisi tersebut.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepertinya yang memperoleh dampak paling signifikan dibalik akuisisi tersebut. Perusahaan bisa segera merealisasikan mimpinya yang sempat kandas.
"Potensi yang bisa disinergikan adalah, pengolahan lumpur anoda," ujar Direktur Utama Arie Prabowo Ariotedjo kepada Kontan.co.id, Jumat (13/7). Lumpur anoda atau anoda slime merupakan material sisa pemurnian tembaga. ANTM mampu menyulap lumpur ini menjadi emas batangan.
ANTM sebelumnya sudah mengajak Freeport membangun smelter pada 2016. Lokasinya di Pulogadung. ANTM mengejar porsi kepemilikan 40%. Namun, rencana itu sirna sebab tidak ada kesepakatan harga diantara kedua belah pihak.
Sekarang, ceritanya beda. Jika Freeport resmi menjadi bagian holding pertambangan, ANTM punya ruang yang lebih besar merayu Inalum untuk membuat smelter tembaga.
Wajar jika ANTM ingin segera bergerak cepat membentuk sinergi. Pasalnya, Freeport sudah lebih dulu memiliki smelter tembaga yang menghasilkan anoda slime yang dioperasikan anak usahanya, PT Smelting Gresik.
Smelter itu mampu memproduksi 2.000 ton anode slime yang bisa dikonversi menjadi 20 ton emas per tahun, 10 kali lipat lebih besar dibanding produksi emas ANTM selama ini. Sayang, lumpur berharga itu selama ini diekspor karena belum ada teknologi di dalam negeri yang mampu mengolah lumpur tersebut menjadi emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News