Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024. Keduanya sama-sama kembali royal membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham.
Sebagai informasi, dalam RUPST kali ini pemegang saham ANTM menyetujui rencana pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar Rp 3,6 triliun atau Rp 151,77 per saham. Dividen payout ratio (DPR) ANTM tercatat sebesar 100% atau serupa dengan DPR tahun buku 2023.
Mengacu harga saham ANTM pada penutupan perdagangan Kamis (12/6) yakni Rp 3.170 per saham, maka potensi dividen yield emiten tersebut berada di level 4,79%.
Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) akan Tebar Dividen Rp 3,6 Triliun, Setara Rp 151,77 per Saham
Sementara itu, para pemegang saham PTBA dalam RUPST menyetujui rencana pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar Rp 3,8 triliun atau Rp 332 per saham. PTBA kembali mencatatkan DPR sebesar 75% atau serupa dengan DPR emiten tersebut pada tahun buku 2023.
Harga saham PTBA berada di level Rp 2.980 per saham pada penutupan perdagangan Kamis (12/6), sehingga potensi dividen yield yang dihasilkan yaitu sebesar 11,14%.
Analis Korea Investment Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi mengatakan, di atas kertas dividen yield yang diberikan ANTM dan PTBA cukup menarik dan bisa dipertimbangkan oleh investor yang hendak berburu saham di musim dividen.
Dari sisi fundamental, ANTM memiliki peluang besar untuk melanjutkan kinerja positifnya pada 2024. Hal ini didukung oleh tren kenaikan harga emas yang menjadi komoditas utama ANTM.
"Di sisi lain, PTBA masih menantang karena belum adan sinyal pemulihan harga batubara," imbuh dia, Kamis (12/6).
Sementara itu, Head of Research Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata menambahkan, kendati dividen yang diberikan ANTM dan PTBA cukup besar, investor perlu mewaspadai risiko jebakan dividen. Sebab, saham-saham pertambangan kerap mengalami koreksi tajam setelah periode ex-date dividen yang bahkan lebih besar dari nominal dividen lantaran aksi profit taking.
"Meski dividen besar, potensi capital loss jangka pendek tetap harus diperhitungkan," ujar dia, Kamis (12/6).
Baca Juga: Jelang RUPS, Begini Pergerakan Saham ANTM, PTBA, dan TINS
Kendati tidak memberikan rekomendasi saham, Liza menilai saham ANTM diuntungkan oleh lonjakan harga emas dunia yang mencapai lebih dari 40% dalam satu tahun terakhir. Jika harga emas bertahan di level US$ 3.500 per ons troi, maka pendapatan ANTM pada 2025 diperkirakan naik ke level Rp 75 triliun dengan potensi laba bersih sekitar Rp 3 triliun-Rp 5 triliun.
Sebaliknya, PTBA masih menghadapi tekanan margin karena harga batubara turun 21% yoy dan permintaan global melambat akibat transisi energi. Isu kondisi kelebihan pasokan batubara di pasar global juga masih menghantui PTBA.
Dari dalam negeri, adanya pembahasan RUU Minerba dan keluarnya Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 yang lebih berorientasi energi terbarukan juga menjadi tantangan bisnis bagi PTBA.
"Secara umum, outlook PTBA masih stabil, namun potensi upside sahamnya terbatas," kata dia.
Wafi merekomendasikan beli saham ANTM dengan target harga Rp 4.000 per saham, sedangkan saham PTBA direkomendasikan beli dengan target harga Rp 3.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News