Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dolar AS menguat di awal pekan ini terhadap sebagian besar mata uang global. Harga minyak biasanya dihargai dalam dolar AS, sehingga dengan penguatan the greenback membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya.
"Pedagang Brent memiliki kekhawatiran tentang data manufaktur karena malam ini akan keluar dari Jerman, Prancis dan Italia, dengan potensinya untuk mengalihkan argumen penurunan permintaan ke kontrak Brent," tambah McCarthy.
Investor menemukan dukungan pada harga setelah produsen minyak utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia mulai memotong produksi pada 1 Mei. Dua produsen utama AS, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, masing-masing mengatakan juga akan memangkas produksi sebesar 400.000 barel per hari pada kuartal ini.
Baca Juga: Harga emas spot stabil di US$ 1.698 per dolar AS pada tengah hari ini
Pemotongan produksi dikombinasikan dengan pelonggaran pembatasan bisnis di beberapa negara bagian dan kota-kota di seluruh dunia diharapkan dapat meringankan kekenyangan bahan bakar global dan tekanan pada tangki penyimpanan. Sentimen ini berhasil membantu menaikkan harga minggu lalu.
Namun, ancaman oleh Presiden AS Donald Trump di akhir pekan lalu yang sedang mempertimbangkan menaikkan tarif untuk China sebagai membalas penyebaran virus corona memperbaharui kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan dapat menghambat pemulihan ekonomi, dan akhirnya menutup kenaikan harga minyak.
"Dimulainya kembali perang perdagangan akan merusak harga minyak dalam jangka panjang," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di perusahaan jasa keuangan AxiCorp.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News