Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak kembali melemah di awal pekan ini dan memangkas kenaikan yang terjadi pekan lalu setelah muncul kekhawatiran banjir produksi minyak global di saat permintaan merosot.
Tekanan tambahan bagi minyak bertambah setelah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas yang dapat membatasi pemulihan ekonomi bahkan ketika lockdown pandemi virus corona mulai berkurang.
Mengutip Reuters, Senin (4/5) pukul 14.00 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni 2020 di Nymex turun US$ 1,01, atau 5,1%, ke US$ 18,77. Harga WTI berjangka telah menguat 17% pada pekan lalu.
Baca Juga: Menteri ESDM: Harga BBM bulan Mei belum akan turun, masih sama seperti April
Serupa, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Juli 2020 di ICE Futures turun 10 sen, atau 0,4%, pada US$ 26,34, setelah menyentuh rendah $ 25,50. Brent melesat sekitar 23% minggu lalu setelah kerugian tiga minggu berturut-turut.
"Ketika optimisme memudar di sekitar prospek pertumbuhan global, minyak menyerahkan keuntungan yang terjadi pada pekan lalu, dibantu oleh penguatan dolar AS," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets.
Dolar AS menguat di awal pekan ini terhadap sebagian besar mata uang global. Harga minyak biasanya dihargai dalam dolar AS, sehingga dengan penguatan the greenback membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli dengan mata uang lainnya.
"Pedagang Brent memiliki kekhawatiran tentang data manufaktur karena malam ini akan keluar dari Jerman, Prancis dan Italia, dengan potensinya untuk mengalihkan argumen penurunan permintaan ke kontrak Brent," tambah McCarthy.
Investor menemukan dukungan pada harga setelah produsen minyak utama yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia mulai memotong produksi pada 1 Mei. Dua produsen utama AS, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, masing-masing mengatakan juga akan memangkas produksi sebesar 400.000 barel per hari pada kuartal ini.
Baca Juga: Harga emas spot stabil di US$ 1.698 per dolar AS pada tengah hari ini
Pemotongan produksi dikombinasikan dengan pelonggaran pembatasan bisnis di beberapa negara bagian dan kota-kota di seluruh dunia diharapkan dapat meringankan kekenyangan bahan bakar global dan tekanan pada tangki penyimpanan. Sentimen ini berhasil membantu menaikkan harga minggu lalu.
Namun, ancaman oleh Presiden AS Donald Trump di akhir pekan lalu yang sedang mempertimbangkan menaikkan tarif untuk China sebagai membalas penyebaran virus corona memperbaharui kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan dapat menghambat pemulihan ekonomi, dan akhirnya menutup kenaikan harga minyak.
"Dimulainya kembali perang perdagangan akan merusak harga minyak dalam jangka panjang," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di perusahaan jasa keuangan AxiCorp.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News