Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sembilan belas emiten anggota LQ45 telah melaporkan kinerja keuangan di kuartal III-2020. Seiring dengan realisasi kinerja terbaru, valuasi termahal saat ini dipegang oleh PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Keduanya diperdagangkan pada price to earning ratio (PER) masing-masing 161,36 kali dan 161,51 kali. PER ini mencerminkan harga saham PTPP pada penutupan perdagangan Selasa (27/10) Rp 915 dan WIKA Rp 1.205.
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan untuk saham WIKA dan PTPP tergolong mahal karena kinerjanya turun. Meski terbilang memiliki PER yang tinggi, emiten konstruksi ini dinilai tetap layak dikoleksi. Sebab, apabila diperhatikan rasio price to book value (PBV) sudah berada di bawah rata-rata 5-10 tahun terakhir.
"Selain itu fokus ke depannya, proyek yang nanti akan lanjut lagi setelah sempat terhenti akibat pendemi akan menjadi pemulihan kinerja. Jadi ada prospek kinerja kembali bagus dan secara tidak langsung valuasi dari PER bisa kembali rendah," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Sabtu (31/10).
Baca Juga: Laporkan kinerja kuartal III-2020, sektor konstruksi punya PER paling tinggi
Sementara itu, valuasi termurah saat ini dipegang oleh saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan PT Bank Tabungan Negara (BBTN). Adapun PER SRIL tercatat 2,86 kali mencerminkan harga Rp 204 dan PER BBTN tercatat 9,86 kali mencerminkan harga Rp 1.390.
"SRIL dan BBTN memiliki PER rendah tergolong murah dan layak untuk dikoleksi. Karena selain murah, kinerjanya tumbuh secara tahunan saat mayoritas emiten mengalami penurunan akibat Covid-19," imbuh Sukarno.
Selain itu, Sukarno juga melihat SRIL masih akan menarik sampai tahun depan mengingat emiten tekstil tersebut telah mendiversifikasi produk APD dan masker non-medis. "SRIL juga sudah menyasar pasar luar negeri dan permintaannya tinggi. SRIL ada peluang akan meningkatkan kapasitas seiring dengan permintaan yang terus tumbuh," ujar Sukarno.
Baca Juga: Di tengah pandemi, laba bersih ANTM naik 30%, INCO melesat 48.000%
Sukarno menambahkan, pergerakan valuasi anggota LQ45 masih layak dicermati. Pasalnya mayoritas emiten memiliki prospek yang bagus untuk tahun depan karena vaksinasi tahun depan bisa berjalan. Dus, apabila valuasi saat ini terbilang rendah maka sangat layak dikoleksi apalagi kinerja positif sedangkan yang valuasinya tinggi tetap layak dikoleksi dan fokus pada prospek ke depan.
"Saham yang laporan keuangan tumbuh kemudian secara valuasi juga sudah murah sudah boleh langsung dikoleksi. Sedangkan saham yang dinilai mahal karena kinerjanya turun, boleh dicicil beli bertahap atau akumulasi but. Gunakan momentum teknikal jika ingin beli nantinya," jelas Sukarno.
Baca Juga: Mengukur Kekuatan Saham Jawara, MDKA, ANTM dan INCO Paling Moncer di Indeks LQ45
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News