Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate di angka 5,25%. Hal itu justru menjadi tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun di hari yang sama.
Sepertinya berat IHSG mampu berada dalam tren bullish yang kuat hingga akhir tahun. "Kalau bisa flat ke level 6.300 saja sudah bagus," imbuh Harry Su, Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel Internasional kepada Kontan.co.id, Kamis (19/7)..
Sentimen asing terlalu kuat. Karena itu, Harry melihat target IHSG pada level yang lebih moderat, 6.000. Kecuali, kalau proses politik jelang pemilu bisa berjalan dengan lembut.
Melihat kondisi itu, dia menyarankan investor jangka panjang sebaiknya wait and see. Tidak masalah jika duit yang dimiliki diputar di saham. Tapi, sifatnya hanya untuk trading.
"Karena banyaknya bansos menjelang pemilu, saya rasa sektor konsumen atau ritel bisa untuk trading," jelas Harry Su.
Setali tiga uang, William Hartanto, analis Panin Sekuritas menyarankan analis untuk ambil sikap wait and see. Kalaupun ingin transaksi, sebaiknya bukan untuk jangka panjang.
"Trading hanya memanfaatkan musim rilis laporan keuangan," ujar William.
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang bilang, kuartal II sejatinya menjadi acuan perkiraan arah IHSG akhir tahun. Namun, dia memprediksi tidak banyak kejutan untuk kinerja emiten di periode tersebut. Terlebih, rupiah sudah lebih dulu melemah sehingga mempengaruhi kinerja emiten.
Sehingga, tidak mudah IHSG bisa menyentuh level optimis 6.210. Lebih realistis jika target IHSG akhir tahun nanti di level 5.800.
Hal itu juga bisa menjadi pegangan bagi para investor saat ingin berinvestasi. Untuk lebih aman, sisihkan sebagian dana dalam bentuk cash. "Saran saya, 60% cash, sisanya bisa ke portofolio investasi lain," saran Edwin.
Saham tidak diharamkan, tapi tetap pakai perhitungan. Saham sektor properti bisa menjadi pertimbangan. Sebab, ditahannya suku bunga acuan membuka peluang kredit properti lebih banyak.
Saham konstruksi, terutama yang berkaitan dengan infrastruktur jalan bisa dicermati. Tidak naiknya suku bunga membuat dana pinjaman untuk ekspansi tak menjadi mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News