Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 28-29 Juni menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25%. Suku bunga deposit facility (DF) dan lending facility (LF) juga naik 50 bps menjadi 4,5% dan 6%.
Kenaikan bunga acuan BI ini, biasanya berdampak terhadap sejumlah saham bank seperti BBCA, BBNI, BBRI, BMRI dan BBTN.
Selain itu, Kamis (28/9) Moody's menerbitkan riset yang intinya mengatakan BI outlooknya tetap positif di tengah sentimen global yang buruk.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan, dengan kenaikan suku bunga BI ada potensi kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL). Namun kenaikannya akan terbatas dikarenakan pertumbuhan kredit yang masih lambat.
"Maka, bank-bank akan mencoba untuk meningkatkan pendapatan dari pendapatan bunga dan pendapatan dari anak usahanya," katanya, Jumat (29/6).
Ia juga mengatakan bahwa saham-saham perbankan sejauh ini masih cukup stabil. "Hal ini dapat dilihat dari hasil raihan laba bersih, NPL dan credit growth hingga bulan Mei tahun ini," jelasnya.
Sekadar informasi, BBCA mencatat laba bersih pada kuartal I-2018 sebesar Rp 5,5 triliun atau naik 10,4% secara tahunan atau year on year (yoy).
BBCA juga mencatat pertumbuhan kredit 15% yoy menjadi Rp 470,1 triliun. Dari sisi NPL, BBCA berhasil menjaga di angka 1,5% atau relatif tetap dibanding periode sama sebelumnya.
BBRI mencatat laba bersih pada kuartal I-2018 sebesar Rp 7,42 triliun naik 11,4% yoy. Penyaluran kredit BBRI juga meningkat sebesar Rp 757,68 triliun naik 11,2% yoy. Seiring penyaluran kredit ini, NPL naik 10,65 bps yoy menjadi 2,39%.
BMRI membukukan laba bersih pada kuartal I-2018, sebesar Rp 5,9 triliun atau naik 43% yoy. Pertumbuhan kredit BMRI naik sebesar 7,1% yoy menjadi Rp 703 triliun.
BMRI juga berhasil menjaga NPL gross pada kuartal I-2018 sebesar 3,32% atau membaik dibandingkan periode sama di tahun 2017 sebesar 3,9%.
BBNI berhasil membukukan laba bersih pada kuartal I 2018 sebesar Rp 3,66 triliun atau tumbuh 13,3% yoy. BBNI juga mencatatkan penyaluran kredit sebesar Rp 439,46 triliun atau tumbuh 10,8% yoy. NPL BBNI juga mengalami penurunan di kuartal I tahun ini menjadi 2,3% dari 3,0% pada kuartal pertama Tahun lalu.
Laba bersih BBTN di kuartal I 2018 tumbuh 15,13% yoy menjadi Rp 684 miliar. Penyaluran kredit BBTN juga meningkat 19,34% yoy.
BBTN juga mampu memperbaiki kualitas kredit yang tercermin dari penurunan NPL. Tercatat rasio NPL gross BBTN turun 56 bps dari 3,34% menjadi 2,78% pada kuartal I 2018.
Aditya bilang hingga akhir tahun ini bank-bank buku IV masih akan menjadi primadona. "Dari hasil raihan laba bersih BMRI dan BBCA paling baik. Namun, saham yang favorit tentu yang punya NPL rendah dan laba bersih stabil seperti BBCA, BBNI dan BBRI," imbuhnya
Namun, ia bilang menarik untuk melihat saham BBRI, BBNI, BMRI dan BBTN. Ketiga bank ini memiliki Price to Book Value (PBV) yang masih lebih murah di banding BBCA.
Sebagai informasi, PBV BBCA, BBRI dan BMRI masing-masing sebesar 4,16 x, 0,44 x dan 1,92 x. Sementara itu, PBV BBNI dan BBTN masing-masing sebesar 1,36 x dan 1,26 x.
"Jika laba bersih BMRI, BBNI dan BBTN beat estimate bisa menjadi prospek yang baik dan bisa menjadi katalis yang positif untuk menjadi saham yang menarik di mata investor," ungkap Aditya.
Aditya juga menyertakan kisaran beli bagi kelima emiten bank tersebut berdasarkan pendekatan teknikal.
"BBCA boleh dibeli di harga Rp 21.400 per saham. BMRI boleh dibeli di harga Rp 6.650 per saham. BBNI boleh dibeli di harga Rp 6.850 per saham. BBTN boleh dibeli di harga Rp 2.400 per saham. BBRI boleh dibeli di harga Rp 2.800 per saham," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News