CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

BI rate dipangkas, emiten bank diburu


Jumat, 15 Januari 2016 / 08:45 WIB
BI rate dipangkas, emiten bank diburu


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Akhirnya Bank Indonesia (BI) memenuhi harapan pasar untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI rate. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menurunkan BI rate 25 basis poin (bps) menjadi 7,25%, dengan bunga deposit facility 5,25% dan lending facility pada level 7,75%.

Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest, mengatakan, penurunan BI rate akan banyak berdampak positif ke emiten bank. Pertumbuhan kredit perbankan akan lebih tinggi. Hal tersebut tecermin pada kenaikan indeks saham sektor keuangan.

Kemarin, IHSG turun 0,5% sedangkan indeks sektor keuangan justru naik tipis 0,05%. Menurut Aditya, penurunan BI rate akan mendorong pertumbuhan kredit menjadi sekitar 14%-15% tahun ini. Rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) emiten bank juga bisa menurun.

"Paling tidak, risiko bank akan lebih moderat," imbuhnya. Net interest margin (NIM) emiten bank justru akan lebih positif terutama pada kuartal pertama tahun ini.

"Kami melihat net income berpotensi naik karena pendapatan bunga bank yang meningkat. Beban dari deposito terlihat akan lebih manageable," ujar Aditya.

Hendro Utomo, Senior VP-Division Head Financial Institution Ratings Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), mengatakan, penurunan BI rate ini akan mendorong permintaan terhadap kredit bank akan naik. "Penurunan BI rate merupakan obat yang cepat dan instan untuk perekonomian," kata Hendro.

Guntur Tri Haryanto, analis saham Pefindo, mengatakan, penurunan IHSG mendorong kinerja indeks pada sesi II hari ini. "BI juga sepertinya ingin mendukung pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Strategi pembangunan pemerintah yang ekspansif dan cukup ambisius, membutuhkan daya dorong dari kebijakan moneter," ujar Guntur. Ekspansi korporasi Janson Nasrial, Head of Institutional Equity MNC Securities, menambahkan, sektor yang sensitif terhadap suku bunga sudah pasti akan terdongkrak.

Laba emiten bank akan terbantu pertumbuhan kredit yang naik. Menurut Janson, tanpa penurunan BI rate, pertumbuhan kredit bank hanya akan tetap di kisaran 11%. Setelah BI rate turun, pertumbuhan kredit bisa menjadi 12%-14%. Penurunan BI rate akan lebih terasa ke sektor riil.

Dengan penurunan beban, akan ada stimulasi ke korporasi untuk mendanai ekspansi lewat pinjaman bank. "NIM tetap bisa naik karena terdongkrak volume pinjaman," ujarnya. Janson menambahkan, BI rate masih memiliki banyak peluang turun lagi.

Jika inflasi bisa dijaga di kisaran 4%, Janson memperkirakan BI rate bisa turun 25 bps lagi pada tahun ini. Bank-bank besar seperti BBNI, BBCA, BMRI, dan BBRI berpeluang makin diburu. "Sehingga masih direkomendasikan beli untuk keempat saham tersebut," ujar Janson.

Menurut Aditya, jika pada kuartal I tahun ini masih ada penurunan BI rate 25 bps, maka akan ada kenaikan sebesar 5%-10% terhadap laba bersih emiten bank di kuartal I. Ia tetap merekomendasikan mencermati saham-saham bank big caps, dengan saham pilihan BBTN, BBRI, dan BBNI.

Alasannya, penjualan rumah subsidi yang masih tinggi akan mendorong pertumbuhan kredit BBTN. Sementara BBRI juga masih akan kuat di sisi mikro, karena kredit UKM makin moncer. Lalu, BBNI menarik secara valuasi.

"BBNI underperform pada tahun 2015 lalu, sehingga, dari sisi PBV lebih murah dan ruang kenaikan sahamnya tinggi," imbuhnya. Aditya merekomendasikan BDMN untuk saham lapis kedua. Dengan catatan, beli saham ini secara hati-hati.

Tim Riset Reliance Securities merekomendasikan investor untuk mulai melihat sektor-sektor industri yang termasuk kategori interest-sensitive, seperti perbankan, properti, dan konsumer, yang terdampak BI rate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×