Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang merupakan holding dari sejumlah unit usaha terus memperkuat lini bisnisnya. Perusahaan dengan kode BRPT ini mencoba masuk ke bisnis energi dengan mengakuisisi sebagian besar saham Star Energy Group Holdings Pte Ltd (SEGHL).
Pada 21 Maret 2017 lalu, BRPT telah menandatangani supplemental memorandum of understanding (MoU) dengan dua pemegang saham SEGHL, yakni Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited. Transaksi ini merupakan transaksi afiliasi sebab antara BRPT, Star Energy Investment Ltd dan SE Holdings Limited dikendalikan pihak yang sama yaitu Prajogo Pangestu.
Barito telah membayarkan uang muka sebesar US$ 58,60 juta yang diambil dari fasilitas pinjaman Bangkok Bank Public Company Limited senilai US$ 60 juta pada 21 Desember lalu. Selain itu BRPT juga akan menjaminkan 850 juta saham TPIA untuk mendapatkan pinjaman sekitar US$ 300 juta dari sindikasi bank.
Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani berpendapat dengan akuisisi Star Energi tentunya kinerja BRPT akan semakin positif sebab, industri ketenagalistrikan di Indonesia masih akan bertumbuh. Diversifikasi usaha BRPT juga semakin menarik karena akan berkontribusi terhadap pendapatan BRPT ke depannya. "Saat ini mayoritas pendapatan BRPT dari petrokimia," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (25/4).
Sementara analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menilai BRPT telah berhasil melakukan transformasi dari bisnis perkayuan ke bisnis industri kimia pendukung. Apalagi bahan olahan kimia plastik dan karet sintetis banyak dibutuhkan oleh berbagai industri terutama industri manufaktur. Dan saat ini BRPT mencoba masuk ke bisnis energy dengan mengakuisisi Star Energy.
"Ini tentunya akan banyak memberikan nilai tambah. Terutama untuk pengembangan bisnis power plant," ujar Reza.
Analis NH Korindo Sekuritas, Raphon Prima mengatakan Star Energy memiliki aset di sektor minyak dan gas, panas bumi dan metana berjenis batubara. Dengan akuisisi ini tentunya akan memberikan nilai tambah Bagi BRPT. "Apalagi Star Energy pada bulan Desember 2016 lalu melaksanakan perjanjian untuk membeli lokasi panas bumi Cevron di Indonesia dan Filiphina," ujar Raphon.
Tak hanya itu saja, saat ini kinerja BRPT ditopang oleh akan usahanya yaitu PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Pertumbuhan TPIA yang cepat terutama setelah penyelesaian proyek peningkatan kapasitas Naphta Cracker mendorong kinerja BRPT yang cukup bagus.
Tahun ini Raphon menargetkan pendapatan BRPT sebesar US$ 2,04 miliar naik 3,7% dibandingkan pendapatan tahun lalu sebesar US$1,96 miliar. Sedangkan untuk laba bersih ditargetkan akan naik 24,2% menjadi US$159 juta dari tahun lalu yang berhasil membukukan senilai US$128 juta.
Riska juga bilang hal sama kinerja BRPT tahun lalu itu sangat bagus di mana pendapatan tumbuh 39,5% menjadi Rp 1,96 miliar dan membukukan laba bersih US$ 131,7 juta dari sebelumnya rugi US$ 9,9 juta. Kontribusi utama dari pendapatan konsolidasi BRPT yaitu dari bisnis petrokimia, segmen ini menyumbang 98,4% dari pendapatan perseroan.
Karena sebagian besar pendapatan dari bisnis petrokimia, yang harus diperhatikan yaitu kinerja dari TPIA anak usaha yang bergerak di petrokimia. Kinerja keuangan TPIA tahun kemarin sangat bagus, pendapatan dan laba bersih masing-masing tumbuh 40% dan 1041%. #
Hal ini disebabkan beberapa faktor yaitu peningkatan produksi pasca peningkatan kapasitas, peningkatan utilitas dan optimalisasi portofolio. "Optimalisasi portofolio terlihat dari kenaikan penjualan olefin yang signifikan sebesar 256%. Olefin berkontribusi sebesar 31.6% dari total pendapatan penjualan TPIA," paparnya.
Ke depan diperkirakan kinerja TPIA akan semakin membaik mengingat terjadi peningkatan permintaan dalam negeri, dan perseroan juga terus melakukan ekspansi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini tercermin dari pembangunan pabrik olefin baru berkapasitas 1 juta ton per tahun dengan investasi senilai US$ 2.4 miliar yang akan selesai pada 2021.
Reza menuturkan bahwa selama setahun ke belakang saham BRPT naik cukup signifikan dari Rp 360 per saham pada 25 April 2016 menjadi Rp 3.260 pada 21 April 2017. Kenaikan ini disebabkan pelaku pasar menilai kinerja BRPT akan membaik dengan masuknya ke bisnis petrokimia dan saat ini akan masuk ke bisnis energy.
Untuk itu Reza merekomendasikan overweight dengan target harga Rp 4.000. Sementara Raphon merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.570 dan Riska merekomendasikan buy dengan target harga Rp 3.520
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News