Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing kembali keluar dari pasar modal. Tekanan akibat rencana kenaikan Fed Fund Rate (FFR) oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) masih membayangi pasar. Minimnya sentimen positif dari dalam negeri juga kurang membantu menahan laju pelemahan indeks.
Indeks yang terkoreksi, seiring pula dengan keluarnya investor asing pada pasar reguler, tunai dan negosiasi. Sejak awal tahun, asing sudah keluar Rp 29,25 triliun. Sementara pada Selasa (24/4), asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 659,47 miliar.
Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan larinya dana asing tersebut seiring dengan instrumen pasar modal yang dinilai tidak menarik. Salah atu faktor pemberatnya karena penguatan dollar AS. “Sejak awal tahun aksi jual asing mencatatkan Rp 28,95 triliun,” ujar Bertoni kepada Kontan.co.id, Selasa (24/4).
Apresiasi terhadap dollar AS tersebut seiring dengan meningkatnya permintaan dollar AS. Lonjakan tersebut berdampak pada penguatan yield obligasi. Saat ini yield obligasi 10-tahun tertinggi level 2,96% dan 30-tahun tinggi 3,13%.
Penguatan yield obligasi AS mengindikasi adanya peralihan dana dari instrumen pasar modal ke utang maupun dollar AS. “Sinyal naik yield obligasi maupun dollar AS mengindikasi adanya return lebih tinggi dan aman,” kata Bertoni.
Seiring dengan investor asing yang keluar tersebut, beberapa saham masih diminati oleh asing. Berdasarkan data RTI, sejak awal tahun hingga saat ini ada beberapa saham yang dikumpulkan oleh asing. Diantaranya yakni PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP). “Salah satu alasan dibeli asing yakni dividen, kinerja yang solid, trend penguatan dollar AS bisa menguntungkan saham tersebut,” imbuhnya.
Bertoni memperkirakan, investor asing berpotensi masuk dengan beberapa alasan. Dari luar negeri, dalam jangka pendek sedang menanti keputusan The Fed agar tetap bertahan pada level 1,75%, GDP Amerika Serikat tumbuh diatas ekspektasi sebelumnya 2,9% QoQ. Selain itu, turunnya yield obligasi AS 10-tahun dan 30-tahun. “Jika hal tersebut terpenuhi, hot money kembali ke pasar equity,” tambahnya.
Sedangkan dari dalam negeri, dia melihat ada kebijakan pemerintah seperti tax holiday, insentif pajak, pemerintah menerbitkan SUN dengan nominal yuan, samurai bond. Selain itu, adanya lonjakan ekspor dan menekan impor juga bisa menjadi sentimen positif. Juga dengan menjaga harga bahan bakar, listrik, dan pangan. “Hal ini tersebut menjadi peluang dana asing kembali ke pasar equity Indonesia,” kata Bertoni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News