kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Analis: Rencana Grup Salim rilis obligasi tepat


Kamis, 09 Februari 2017 / 22:25 WIB
Analis: Rencana Grup Salim rilis obligasi tepat


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Entitas Grup Salim ramai-ramai merilis obligasi untuk pendanaan. Setelah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang kabarnya akan merilis obligasi Rp 2 triliun, kini giliran Indomobil Finance Indonesia yang akan melanjutkan emisi obligasinya dengan nilai pokok Rp 400 miliar.

Perusahaan pembiayaan ini dimiliki Grup Salim secara tidak langsung melainkan melalui PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS).

Analis menilai, keputusan manajemen untuk merilis obligasi semester I ini dari segi waktu sudah tepat. Jemmy Paul, Investment Director Sucorinvest Asset Management bilang, ada dua time frame untuk tren obligasi tahun ini.

Semester pertama 2017, makro untuk merilis obligasi memang lebih menarik. Beda dengan semester kedua yang akan lebih challenging.

"Semester I cukup menarik karena ada kemungkinan S&P upgrade dan kenaikan harga komoditas yang membantu kenaikan GDP Indonesia," jelas Jemmy.

Sehingga, fluktuasi nilai tukar rupiah akan lebih terkendali. Sementara untuk semester kedua, ada isu kenaikan suku bunga The Fed dan kemungkinan corporate tax deduction di Amerika Serikat (AS) yang akan membuat dolar AS lebih kuat.

Dollar menguat, rupiah melemah, sehingga ada potensi naiknya suku bunga. Sentimen ini kurang oke untuk merilis instrumen surat utang.

Analis NH Korindo Securities Indonesia Bima Setiadi menambahkan, tren ramainya penerbitan obligasi swasta turut menentukan kondusif atau tidaknya tren obligasi.

Ia melihat banyak emiten yang akan melakukan penerbitan obligasi baru. Sehingga, kompetisinya cukup ketat. "Dengan adanya kompetisi yang cukup ketat ini maka required return yang diminta oleh investor cukup tinggi," imbuhnya.

Sekarang, tinggal parameter obligasinya yang menjadi penentu. Bima melanjutkan, obligasi korporasi swasta bisa bagus asal suku bunga deposito dari perbankan tidak dinaikkan terlalu banyak. Karena jika dinaikkan, bisa jadi akan ada perebutan funding.

Di sisi lain, dengan suku bunga BI Repo Rate yang masih rendah juga bisa menjadi katalis positif bagi demand obligasi korporasi tahun ini. Apalagi jika emiten yang merilis emisi merupakan grup besar dan konsumer.

"Ambil contoh MYOR ternyata animo investor cukup baik. Terlihat dari peminatnya yang sudah melebihi dari jumlah obligasi yang ditawarkan sekitar Rp 500 miliar," pungkas Bima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×