Reporter: Rinaldi Mohamad Azka | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (MW) pemerintah diharapkan menyelamatkan kinerja batubara tahun ini. Target produksi tahun 2016 hanya 419 juta ton turun 25% jika dibandingkan target tahun lalu.
Penjualan batubara mungkin diselamatkan proyek pemerintah pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW. Pembangkit listrik buatan pemerintah akan meningkatkan permintaan batubara dalam negeri.
Fadli, analis Net Sekuritas mengatakan asalkan proyek listrik ini jalan, dampaknya baik untuk emiten batubara. "Jadi batubaranya bisa di pakai untuk pembangkit listrik, kemudian dijual ke perusahaan listrik negara (PLN)", paparnya.
David Sutyanto, analis First Asia Capital bilang saat ini bisnis batubara dalam fase sunset. "Jika sebuah industri dalam fase sunset, Maka di perlukan inovasi atau mereka akan terpuruk. Inovasi untuk batubara yang paling masuk akal adalah mengubahnya menjadi listrik," jelasnya.
Selain meningkatkan permintaan batubara, proyek ini dapat menguntungkan emiten batubara yang sudah mendiversifikasi bisnisnya. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Persero Tbk (PTBA) telah memulai diversifikasi tersebut. Kedua emiten produsen batubara ini mulai membangun pembangkit listrik.
ADRO dan PTBA sangat mungkin mengikuti lelang proyek pembangunan pembangkit listrik ini. Namun, menurut Kiswoyo Adi Joe analis Investa Sarana Mandiri, prospek ini tidak akan berdampak besar dalam jangka pendek. "Butuh waktu, butuh sekitar 2-3 tahun sampai mereka bisa jualan listrik," imbuhnya.
Hans Kwee, Direktur Investa Sarana Mandiri lalu merekomendasikan beli untuk saham ADRO dan PTBA dengan target harga masing-masing 824 dan 6.600. Sedangkan Fadli, menyarankan tahan (hold) sampai harga PTBA Rp 5.500 dan ADRO Rp 700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News