Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memproyeksikan pasar batubara belum bisa pulih dalam jangka pendek. Sehingga, manajemen ADRO menargetkan produksi batubara tahun ini masih stagnan di level 52–54 juta ton.
Mahardika Putranto, Sekretaris Perusahaan ADRO, mengemukakan, biaya kas batubara perseroan diperkirakan terus menurun menjadi US$ 26 per ton sampai US$ 28 per ton. Ini lantaran harga minyak mentah masih melemah dan nisbah kupas yang lebih rendah sebesar 4,71 kali.
Oleh karena itulah, manajemen ADRO memperkirakan, EBITDA bakal mencapai sekitar US$ 450 juta sampai US$ 700 juta. Mahardika bilang, perseroannya masih akan menerapkan strategi efisiensi dan mempertahankan belanja modal yang cukup rendah.
Tahun ini, belanja modal ADRO diperkirakan hanya US$ 75 juta sampai US$ 100 juta. "Adaro Energy akan terus melaksanakan langkah-langkah efisiensi di semua lini operasi, menjaga kas, dan berhati-hati dalam mengeluarkan dana," ujar Mahardika, akhir pekan lalu.
ADRO akan lebih banyak menggenjot proyek ketenagalistrikan. Ia bilang, ADRO dalam proses mendapatkan financial closure untuk PT Bhimasena Power Indonesia dan PT Tanjung Power Indonesia yang akan membangun pembangkit listrik berkapasitas 2x100 MW di Tanjung, Kalimantan Selatan.
Sepanjang tahun lalu, kinerja ADRO meredup. ADRO hanya mampu mencetak penjualan batubara 53,11 juta ton, atau turun 7% dari penjualan sepanjang 2014.
Pada Kuartal IV-2015, total penjualan batubara ADRO hanya 11,91 juta ton, turun 19% dari periode sama tahun lalu. Mahardika mengatakan, penurunan penjualan tersebutb disebabkan kondisi pasar melambat.
Penjualan batubara jenis E4900 selama 2015 naik 11% dari tahun sebelumnya, sementara penjualan E5000 dan E4000 turun masing-masing 22% dan 62%.
Sejak kuartal keempat tahun lalu, ADRO mulai menjual produk campuran batubara dari tambang Wara dan Balangan. Produk campuran tersebut meningkatkan kualitas produk E4000 dan membuka pasar untuk kategori batubara dengan nilai kalori yang lebih rendah.
"Produk tersebut mendapatkan sambutan baik dari para konsumen perusahaan di China dan India," ujar Mahardika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News