kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Analis Rekomendasikan Buy Saham ANTM, INCO, dan MDKA, Ini Alasannya


Kamis, 13 April 2023 / 09:51 WIB
Analis Rekomendasikan Buy Saham ANTM, INCO, dan MDKA, Ini Alasannya
ILUSTRASI. Pegawai melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta,


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan dengan ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle  (EV) akan semakin ramai dengan hadirnya dua perusahaan baru di lantai Bursa.

Pertama ada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten nikel terafiliasi Grup Harita ini meraup dana segar dari initial public offering (IPO) hingga Rp 9,97 triliun

NCKL tercatat memiliki sejumlah proyek yang berkaitan dengan baterai listrik, salah satunya produksi pabrik pengolahan (smelter) Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang merupakan salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik.

Presiden Direktur NCKL, Roy A. Arfandy mengatakan pada akhir Maret 2023, total kapasitas produksi MHP mencapai 55.000 ton per tahun MHP.

“Kami juga memproduksi nikel sulphat turunan dari MHP yang akan digunakan sebagai prekursor baterai.  Selesai pada awal April 2023 dengan kapasitas 55.000 ton juga,” kata Roy, Rabu (12/4).

Kedua, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) juga akan menyusul NCKL menjadi perusahaan terbuka. MBMA yang merupakan anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) telah menetapkan harga penawaran umum perdana saham di harga Rp 795. Ini merupakan batas atas dari rentang harga book building di harga Rp 780 sampai dengan Rp 795.

Baca Juga: Resmi Melantai di BEI, Trimegah Bangun Persada (NCKL) Siap Menggeber Bisnis

Penawaran umum perdana saham akan berlangsung mulai Rabu (12/4) hingga Jumat (14/4). Distribusi saham secara elektronik akan dilakukan pada 17 April dan pencatatan efek di bursa atau listing diperkirakan pada 18 April 2023.

MBMA berencana membangun pabrik peleburan nikel berteknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL), dengan kapasitas masing-masing 120.000 ton, yang dibangun dalam kompleks Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).

Pembangunan pabrik ini akan dilakukan dua tahap, dengan operasional tahap pertama sebesar 60.000 ton.

Pabrik ini akan mengambil limonit dari tambang Sulawesi Cahaya Minerals (SCM), yang merupakan salah satu sumber daya nikel terbesar di dunia yang sesuai dengan Joint Ore Reserves Committee  (JORC).

Pada 16 Maret 2023, Merdeka Battery melakukan langkah pertama yang cukup penting terkait IKIP HPAL 1. Merdeka Battery Materials menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ningbo Brunp Contemporary Amperex Co., Ltd., yang merupakan perusahaan afiliasi dari Contemporary Amperex Technology Co., Limited (Brunp CATL).

Hilirisasi dan pengembangan baterai kendaraan listrik dinilai bakal memoles prospek emiten tambang logam ke depan. Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, Indonesia akan diuntungkan dengan adanya pengembangan kendaraan listrik.

Indonesia merupajan produsen tambang nikel terbesar dunia dengan deposit nikel terbesar. Berdasarkan laporan USGS terbaru pada Januari 2022, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar dunia dengan kontribusi sekitar 36,4% dari total produksi dunia.

Baca Juga: Usai IPO, Trimegah Bangun Persada (NCKL) Menggenjot Produksi

Indonesia juga diperkirakan memiliki deposit cadangan nikel terbesar di dunia, dengan 21 juta ton kandungan nikel dan berkontribusi 22% dari total cadangan nikel dunia.

Kontribusi ini setara dengan deposit cadangan nikel yang dimiliki Australia. Hal ini memudahkan Indonesia mendapatkan bahan baku untuk memproduksi baterai kendaraan listrik.

Hasan memasang sikap bullish terhadap emiten di sektor logam, khususnya komoditas mineral yang dibutuhkan dalam transisi energi hijau seperti nikel.

Dalam hal ini, Indonesia berada di posisi yang tepat untuk mendapatkan keuntungan dari transisi menuju net-zero emission, mengingat cadangan nikel dan tembaga domestik yang melimpah.

Transisi energi ini membuat pabrikan kendaraan listrik dan dan baterai berlomba-lomba mendapatkan aset nikel untuk mengamankan pasokan untuk logam baterai.

Hal ini menjadi katalis positif bagi perusahaan logam seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Dalam hal ini, MDKA dan INCO menjadi pilihan utama alias top picks di sektor nikel. Kedua emiten ini memberikan prospek pertumbuhan laba yang menarik dalam jangka panjang.

MDKA dinilai menarik karena kapasitas pipeline proyek smelter berteknologi  HPAL)miliknya lebih besar daripada peers. Selain itu, MDKA juga memiliki aset terintegrasi untuk mendukung proyek  hilirisasinya.

Baca Juga: Sentimen Kendaraan Listrik Memacu Prospek Emiten Nikel

Namun, Hasan melihat adanya risiko Keterlambatan eksekusi dari proyek HPAL, karena Merdeka Battery Material dan CATL masih belum memiliki rekam jejak untuk membangun smelter HPAL.

Untuk INCO, Hasan menilai INCO menjadi acuan (proxy) terbaik terhadap London Metal Exchange (LME). Sebab, harga nikel matte milik INCO terkait langsung dengan LME. Selain itu, pipeline proyek HPAL milik INCO merupakan yang terbesar kedua setelah MDKA.

Risiko keterlambatan proyek INCO juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan MDKA. Ini karena INCO bekerja sama dengan Huayou yang telah memiliki rekam jejak positif untuk melaksanakan Proyek HPAL

Dalam jangka pendek, Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario melihat adanya tambahan produksi feronikel ANTM yang berasal dari pabrik smelter baru Halmahera Timur yang akan mulai beroperasi pada paruh kedua 2023. Jika ditranslasikan, berarti akan ada kenaikan penjualan feronikel sebesar 11,5% di tahun ini.

Sementara dalam jangka panjang, kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif pembelian kendaraan listrik sebagai langkah yang bertujuan untuk menarik investasi hilirisasi dari pabrikan mobil listrik global terbesar seperti BYD dan Tesla.

Kebijakan ini dinilai sebagai kebijakan yang selangkah lebih maju negara di kawasan regional, khususnya Thailand. “Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperdalam keterlibatannya dalam rantai nilai nikel dan memperoleh lebih banyak keuntungan,” kata Alif, Rabu (12/4).

MNC Sekuritas merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.400. Valuasi saham ANTM  dinilai menarik karena saat ini diperdagangkan di bawah kisaran -1 STD 5 tahun EV/EBITDA.

BRI Danareksa Sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.500. ANTM dinilai berada di posisi yang diuntungkan dari adanya lonjakan permintaan bijih nikel untuk mendukung smelter nikel di Indonesia, mengingat sumber daya nikel ANTM yang melimpah.

Hanya saja, Hasan melihat risiko utama dari ANTM yakni  penundaan pelaksanaan proyek rencana joint venture (JV) untuk mengembangkan pabrik HPAL. Ini mengingat ANTM telah menunda penyelesaian proyek smelter FeNi Halmahera selama beberapa tahun.

BRI Danareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli saham MDKA dengan target harga Rp 6.500,  dan beli saham INCO dengan target harga Rp 8.500.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×