Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
MDKA dinilai menarik karena kapasitas pipeline proyek smelter berteknologi HPAL)miliknya lebih besar daripada peers. Selain itu, MDKA juga memiliki aset terintegrasi untuk mendukung proyek hilirisasinya.
Baca Juga: Sentimen Kendaraan Listrik Memacu Prospek Emiten Nikel
Namun, Hasan melihat adanya risiko Keterlambatan eksekusi dari proyek HPAL, karena Merdeka Battery Material dan CATL masih belum memiliki rekam jejak untuk membangun smelter HPAL.
Untuk INCO, Hasan menilai INCO menjadi acuan (proxy) terbaik terhadap London Metal Exchange (LME). Sebab, harga nikel matte milik INCO terkait langsung dengan LME. Selain itu, pipeline proyek HPAL milik INCO merupakan yang terbesar kedua setelah MDKA.
Risiko keterlambatan proyek INCO juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan MDKA. Ini karena INCO bekerja sama dengan Huayou yang telah memiliki rekam jejak positif untuk melaksanakan Proyek HPAL
Dalam jangka pendek, Analis MNC Sekuritas Alif Ihsanario melihat adanya tambahan produksi feronikel ANTM yang berasal dari pabrik smelter baru Halmahera Timur yang akan mulai beroperasi pada paruh kedua 2023. Jika ditranslasikan, berarti akan ada kenaikan penjualan feronikel sebesar 11,5% di tahun ini.
Sementara dalam jangka panjang, kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif pembelian kendaraan listrik sebagai langkah yang bertujuan untuk menarik investasi hilirisasi dari pabrikan mobil listrik global terbesar seperti BYD dan Tesla.
Kebijakan ini dinilai sebagai kebijakan yang selangkah lebih maju negara di kawasan regional, khususnya Thailand. “Hal ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk memperdalam keterlibatannya dalam rantai nilai nikel dan memperoleh lebih banyak keuntungan,” kata Alif, Rabu (12/4).
MNC Sekuritas merekomendasikan buy saham ANTM dengan target harga Rp 2.400. Valuasi saham ANTM dinilai menarik karena saat ini diperdagangkan di bawah kisaran -1 STD 5 tahun EV/EBITDA.
BRI Danareksa Sekuritas juga menyematkan rekomendasi beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.500. ANTM dinilai berada di posisi yang diuntungkan dari adanya lonjakan permintaan bijih nikel untuk mendukung smelter nikel di Indonesia, mengingat sumber daya nikel ANTM yang melimpah.
Hanya saja, Hasan melihat risiko utama dari ANTM yakni penundaan pelaksanaan proyek rencana joint venture (JV) untuk mengembangkan pabrik HPAL. Ini mengingat ANTM telah menunda penyelesaian proyek smelter FeNi Halmahera selama beberapa tahun.
BRI Danareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli saham MDKA dengan target harga Rp 6.500, dan beli saham INCO dengan target harga Rp 8.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News