Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto
Hans melihat, saat ini justru muncul tantangan lain, yakni dari sisi nilai tukar rupiah. Jika nilai tukar rupiah terus melemah, beberapa emiten konstruksi menurutnya bisa terdampak. Pasalnya beberapa bahan baku emiten konstruksi masih import.
Alfred menambahkan, isu kecelakaan kerja juga patut jadi perhatian emiten konstruksi. Menurut Alfred, ada masanya fokus pemerintah berubah dari infrastruktur ke sektor lain. Saat itu emiten konstruksi harus mencari pasar lain baik di dalam maupun luar negeri. “Karena itu kredibilitas harus dibangun sebagai portfolio,” tambah Alfred.
Tahun lalu, Hans mencatat saham emiten konstruksi sempat turun. Dengan membaiknya arus kas, Hans optimistis saham emiten konstruksi akan naik. Alfred memprediksikan, rata-rata emiten konstruksi BUMN akan mencatat return 30% tahun ini.
Saat ini, Hans merekomendasikan beli saham PTPP dengan target harga Rp 4.000 di 2018. Saham emiten konstruksi lain yang juga menarik dikoleksi baginya adalah WSKT dengan target harga Rp 3.000 di 2018, dan WIKA dengan target harga Rp 2.900 di 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News