kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Prospek emiten BUMN karya di tahun depan bisa kinclong


Rabu, 12 Desember 2018 / 22:20 WIB
Analis: Prospek emiten BUMN karya di tahun depan bisa kinclong
ILUSTRASI. PT Waskita Karya Tbk WSKT


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan menilai, ditetapkannnya anggaran infrastruktur 2019 sebesar Rp 400 triliun tidak memberikan perubahan signifikan terhadap prospek emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya sektor konstruksi.

"Itu dana dari APBN, dan kita lihat realisasi di 2018 dan 2019, anggaran dan belanja infrastruktur pemerintah justru bisa memancing investor swasta untuk melakukan pembangunan di sekitar kawasan," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Rabu (12/12).

Dengan begitu, meskipun anggaran infrastruktur yang ditetapkan pemerintah Rp 400 triliun, namun dana tersebut akan terus berkembang lewat inisiasi pihak swasta. Kondisi tersebut tentunya akan berdampak positif bagi kinerja emiten BUMN Karya yang terlibat dalam proyek infrastruktur di 2019. "Jadi sudah pasti (kinerja emiten BUMN Karya) tetap kinclong, karena kita meyakini swasta akan melihat ini sebagai peluang," ungkapnya.

Adapun saham BUMN Karya yang paling prospektif untuk dilirik investor ke depan seperti WSKT dan JSMR. Keduanya memiliki domain infrastruktur jalan tol dan cuku menguasai bisnis tersebut. "WSKT Mereka agresif dan mendalam di bisnis itu, sedangkan JSMR butuh pendanaan dan merupakan pemain besar di bisnis ini. Jadi yang kami lihat bukan Rp 400 triliun, melainkan komitmen pemerintah untuk bangun infrastruktur," tegasnya.

Terkait risiko tahun politik di 2019, Alfred optimistis itu tidak akan mengurangi lanju kinerja emiten sektor konstruksi. Mengingat, kebutuhan utama Tanah Air saat ini adalah percepatan pembangunan infrastruktur. "Saya enggak terlalu khawatir dengan tahun politik, kalaupun ada perubahan kepemimpinan, yang terjadi hanya jeda (proyek infrastruktur), namun tidak akan sampai berhenti," tandasnya.

Sementara, Head of LOTS Service Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan mengatakan, 2019 ekonomi Tanah Air masih dihadapkan pada berbagai tantangan. Beberapa di antaranya yakni tahun politik dan tekanan dari ekonomi global.

Sehingga, meskipun anggaran infrastruktur masih berada dikisaran Rp 400 triliun, namun tidak semua emiten BUMN Karya bisa melenggang positif di Tahun depan. "Tidak semua (emiten BUMN Karya), WSKT harusnya akan melambat, mengingat tahun ini sudah menjadi tahun puncak bagi kinerja WSKT," kata Krishna kepada Kontan.co.id, Rabu (12/12).

Dengan begitu, prospek WSKT di 2019 akan lebih sulit untuk tumbuh, apalagi kontrak baru yang berhasil diperoleh emiten itu, termasuk yang paling kecil. "Lain halnya dengan WIKA yang perolehan kontrak barunya merupakan yang tertinggi dan pertumbuhannya lebih stabil," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×