kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Poundsterling menguat terhadap dollar AS karena pengaruh perang dagang


Senin, 18 Februari 2019 / 20:02 WIB
Analis: Poundsterling menguat terhadap dollar AS karena pengaruh perang dagang


Reporter: Aldo Fernando | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengutip Bloomberg, perdagangan awal pekan ini Senin (18/2) pasangan GBP/USD terpantau menguat dengan naik sebesar 0.21% pada level 1.2917.

Analis PT Rifan Financindo Berjangka, Puja Purbaya Sakti menilai menguatnya poundsterling terhadap rival utamanya dollar Amerika Serikat (AS) ini usai prospek kesepakatan perdagangan AS dan China meningkatkan minat investor untuk aset berisiko.

Pembicaraan perdagangan AS dan China akan berlanjut di Washington minggu ini setelah kedua pihak mengakhiri diskusi terakhir di Beijing pekan lalu. Dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia tersebut akan kembali melanjutkan pembicaraan perdagangannya pada pekan ini di Washington, menyusul negosiasi yang pada pekan sebelumnya telah dilakukan di Beijing dan diindikasikan telah mengalami beberapa kemajuan.

Selain itu, muncul pernyataan Presiden AS, Donald Trump yang membuka sebuah kemungkinan untuk memperpanjang periode negosiasi perdagangan. Hal ini pun meredakan kekhawatiran investor atas ancaman tarif tambahan sebesar 25% pada produk impor China.

Di sisi lain, poundsterling kembali menguat setelah anjlok ke posisi terendah selama dua pekan pekan terakhir oleh sentimen Brexit. Di mana Perdana Menteri Inggris Theresa May kehilangan suara untuk menunda Brexit tiga bulan di parlemen.

“Saat ini pasar masih berharap dari rilis penjualan ritel Inggris bulan Januari untuk melanjutkan penguatan pada perdagangan awal pekan,” kata Sakti kepada Kontan, Senin (18/2). Tetapi politik di Inggris yang sedang galau pasca penolakan parlemen untuk rencana Brexit memberikan tekanan lanjutan selain sentimen positif yang mengangkat Dollar AS dari rilis data sentimen konsumen UoM.

Theresa May masih memperjuangkan strateginya dalam mengeluarkan Inggris dari keanggotaan Uni Eropa. Sayangnya, May gagal mengegolkan mosi yang akan menghapus probabilitas "No-Deal Brexit" secara implisit.

Dalam voting digelar pada Kamis (14/02) malam lalu, sebagian anggota partai Konservatif pro-Brexit memilih abstain, sehingga mosi tersebut hanya mampu memperoleh suara 258 dan 308.

Nampaknya perkembangan Brexit tidak memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi pergerakan poundsterling pada perdagangan awal pekan. Di mana Poundsterling terpantau menguat terhadap rival utamanya Dollar AS setelah perkembangan kesepakatan perdagangan China-AS.

Sakti melihat secara analisa teknikal di mana indikator moving average exponential (EMA) dengan kondisi melebar yang menunjukkan arah harga naik. Selanjutnya pada indikator relative strengh index (RSI) berada di area positif 50 yang menunjukkan kurs kurang kuat untuk naik.

Kemudian pada indikator true strength indicator (TSI) dengan kondisi red over blue yang mengecil menunjukkan kurs berpotensi rebound. Secara umum GBP/USD masih berpotensi untuk lanjutkan pengutan pada perdagangan selanjutnya.

“Rekomendasi trading untuk pasangan GBP/USD adalah Buy selama harga diatas 1.2953,” ujar Sakti. Dengan level resistance antara 1.2931, 1.2971, 1.3086 dan support antara 1.2816, 1.2741, 1.2626.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×