kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis pangkas rekomendasi WIKA, ini alasannya


Senin, 18 Desember 2017 / 20:07 WIB
Analis pangkas rekomendasi WIKA, ini alasannya


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) pada kuartal III-2017 cukup kuat. Namun, ada potensi pelambatan proyek kereta cepat alias high-speed railway (HRS) Jakarta-Bandung. Hal ini disinyalir akan membebani emiten konstruksi pelat merah ini.

Sekadar mengingatkan, proyek HRS Jakarta-Bandung yang dikerjakan di bawah konsorsium Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memiliki nilai kontrak sebesar Rp 15,68 triliun. Konsorsium tersebut terdiri dari tujuh perusahaan yakni China Railway International, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), China Rail Way Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRCC Wingdao Sifang Co, Ltd, China Railway Signal & Communication Corporation dan The Third Railway Survey Design Institute Group Corporation. WIKA menggenggam porsi 30% dari nilai kontrak enginering, procurement, construction (EPC) ini.

Melalui konsorsium ini, KCIC berhasil mendapatkan restu pendanaan dari China Development Bank (CDB) sejak April lalu. Namun analis Mirae Asset Sekuritas Franky Rivan menjelaskan, kucuran kredit belum terlihat sama sekali dan dapat menyeret kas emiten.

"WIKA saat ini sedang menunggu penyaluran kredit dari China Bank Development sebanyak US$ 700 juta," jelas Franky, Senin (18/12).

Aurelia Barus, analis CIMB Sekuritas dalam riset 7 Desember lalu juga menyoroti lambatnya pencairan pinjaman. Menurutnya, CDB telah meminta dokumen tambahan mengenai persetujuan dari seluruh konsesi pemegang modal lantaran terjadi kenaikan pada nilai kontrak.

Memang, nilai kontrak konstruksi kereta cepat sepanjang 142,3 kilometer (km) ini telah membengkak menjadi US$ 4,7 miliar dari perkiraan sebelumnya di US$ 4,3 miliar.

"Akibatnya proyek ini terlambat hingga hampir dua tahun. Kami berasumsi penyaluran kredit akan terjadi pada tahun 2018," papar Aurelia dalam risetnya. Asal tahu saja, peletakan batu pertama proyek ini sudah dilakukan pada Januari 2016 lalu.

Bagi Franky dan Aurelia, hal ini membuat mereka memangkas rekomendasi saham WIKA dari semula buy menjadi hold. Franky memberi target harga di Rp 1.980, sementara Aurelia memasang target harga Rp 1.800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×