kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis menunggu langkah Indocement membenahi harga jual semen


Senin, 06 Agustus 2018 / 19:23 WIB
Analis menunggu langkah Indocement membenahi harga jual semen
ILUSTRASI. Terminal semen Indocement di Palembang


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) masih melandai hingga semester I 2018. Average Selling Price (ASP) yang menurun dan beban pokok pendapatan yang naik menjadi penyebab kinerja INTP menurun.

Berdasarkan laporan keuangan di semester I 2018, tercatat pendapatan INTP turun tipis 0,91% menjadi Rp 6,5 triliun. Sementara, laba bersih tercatat turun 60% menjadi Rp 355 miliar.

Kinerja tersebut, menurut Analis Ciptadana Sekuritas Fahressi Fahalmesta, memang tidak sesuai dengan ekspektasi dan konsensus. ASP yang masih turun sekitar 6% secara yoy di semester I 2018, Fahressi katakan, menjadi penyebab kinerja INTP masih negatif.

Analis Kresna Sekuritas, Andreas Kristo Saragih menambahkan kenaikan biaya produksi karena kenaikan harga batubara, listrik dan bahan bakar minyak (BBM) juga menurunkan kinerja keuangan Indocement. Apalagi, kenaikan biaya produksi tersebut tidak manajemen transfer ke harga konsumen melainkan dibebankan dan diatur sendiri oleh INTP. "Strategi tersebut membuat profitabilitas Indocement turun," kata Andreas, Senin (6/8).

Fahressi menambahkan, ada peningkatan beban biaya produksi di bagian pengemasan. "Peningkatan di bagian packaging yang terekspos oleh euro dan material dari packaging yang sulit dicari, pastinya membuat harga meningkat dan beban biaya produksi bertambah," kata Fahressi.

Beban tersebut terefleksi pada beban pokok pendapatan yang naik 11% menjadi Rp 4,8 triliun.

Di satu sisi, dengan ASP yang menurun dan lebih rendah dari ASP kompetitor, Andreas melihat hal tersebut membuat market share INTP meningkat. Namun, Andreas memproyeksikan jika manajemen terus menjalankan strategi penurunan ASP, maka kinerja yang menurun ini bisa berlanjut di kuartal-kuartal selanjutnya.

Melihat kompetitor yang mulai melakukan efisiensi dengan mengendalikan biaya secara desentralisasi, Andreas mengatakan manjemen INTP melakukan efisiensi dengan mematikan pabrik lama dan menggantinya dengan mengoperasikan pabrik baru yang lebih modern. Namun, langkah tersebut nyatanya belum berhasil membawa laporan keuangan INTP lebih baik.

Hingga saat ini, Andreas masih merekomendasikan under review pada saham INTP hingga menunggu keputusan strategi baru apa yang akan manejemen tempuh.

"Masih menunggu arahan manajemen di semester II 2018, jika ASP tetap turun maka kinerja pasti turun, jadi masih menunggu bagaimana manejemen mengatur ASP, strategi cost maintenance," kata Andreas. Target harga untuk INTP dari Andreas hingga akhir tahun di Rp 15.900 per saham.

Secara sektor, Andreas memproyeksikan konsumen semen di Indonesia akan tumbuh di semester II 2018. Secara historis permintaan semen akan meningkat di semester II karena mengejar penyelesaian proyek dan hari libur yang lebih sedikit dibanding pada semester I 2018.

Sementara, Fahresi mengatakan katalis positif bagi kinerja INTP ke depan didukung dengan pertumbuhan volume penjualan perusahaan yang cukup solid tumbuh 6% yoy di semester I 2018.

"Pertumbuhan volume penjualan INTP di semester I 2018 lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan SMGR dan juga total sales volume growth dari Indonesia sendiri," kata Fahressi.

Namun, karena pencapaian kinerja di semester I 2018 masih kurang baik, Fahressi mengatakan seharusnya konsensus juga menurunkan target net profit mereka di tahun ini. Fahressi memproyeksikan laba bersih INTP di akhir 2018 berada diangka Rp 785 miliar.

Di tengah kenaikan harga batubara yang cukup tinggi, maka menjadi tantangan bagi kinerja INTP ke depan dalam menghadapi harga kenaikan batubara tersebut. Penentuan harga yang lebih baik guna mengurangi penurunan ASP juga menjadi tantangan bagi kinerja INTP.

Fahressi merekomedasikan hold untuk INTP di target harga Rp 15.200 per saham hingga akhir tahun.

Harga saham INTP hari ini ditutup menguat 2,7% menjadi Rp 15.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×