Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di tengah pelemahan rupiah PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) cukup percaya diri menerbitkan surat utang. Dengan tingkat pemberian kupon sebesar 11,25% diprediksi akan menguntungkan investor maupun APLN itu sendiri.
Seperti diberitakan sebelumnya, APLN berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap IV Tahun 2015 dengan nilai emisi Rp 99 miliar bertenor 5 tahun dan kupon 11,25%. Sesuai namanya, surat utang ini merupakan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) I tahap IV atau yang terakhir dari PUB I APLN yang nilai totalnya sebesar Rp 2,5 triliun. Surat utang ini juga telah mendapat peringkat A dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Analis obligasi Millenium Danatama Indonesia Desmon Silitonga mengutarakan surat utang ini akan mudah diserap pasar. “Mengingat APLN sudah berpengalaman pada PUB tahap-tahap sebelumnya. Bisa jadi APLN tinggal menghubungi investor-investor lama tadi,” ujar Desmon.
Dengan tingkat kupon 11,25% Desmon menambahkan hal ini cukup menarik bagi investor, terutama investor dana pensiun dan asuransi. Pasalnya dua investor ini tidak akan keberatan jika memegang surat utang tersebut hingga jatuh tempo.
Ia menambahkan investor manajer investasi (MI) juga berpeluang mengoleksinya. Hanya bedanya MI menggunakan instrumen ini sebagai rebalancing portofolio surat utang yang akan jatuh tempo diganti dengan Obligasi Berkelanjutan I Agung Podomoro Land Tahap IV Tahun 2015.
Mengutip laman resmi Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), kupon wajar obligasi dengan peringkat utang A plus yield SUN tenor 5 tahun sebesar 10,73%. Artinya kupon yang ditawarkan APLN berada di atas rata-rata.
“Sedangkan dari segi emiten, kupon tersebut juga masih menguntungkan bagi mereka,” ujar Desmon. Ia mengatakan margin bisnis properti yang digeluti APLN bisa sekitar 20%. Sehingga ada spread sekitar 8,75% bagi APLN setelah membayar kewajiban kupon bagi investor.
Desmon menambahkan surat utang ini merupakan kesempatan bagi investor mendapat emisi obligasi dengan kupon relatif tinggi. Pasalnya ia menduga, pelemahan rupiah akan membuat emiten menunda penerbitan obligasi.
Menurutnya, pelemahan rupiah membuat yield Surat Utang Negara (SUN) naik yang secara tidak langsung juga menaikkan kupon wajar obligasi korporasi. “Meski sebenarnya ini masalah timing. Saat rupiah stabil emiten akan kembali menerbitkan surat utang,” ungkap Desmon.
Ia juga menambahkan emiten yang bisnisnya menggunakan bahan baku impor merupakan emiten yang akan menunda penerbitan obligasi karena biaya produksinya tengah tertekan oleh nilai kurs.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News