kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Koreksi harga CPO hanya profit taking


Sabtu, 04 November 2017 / 19:08 WIB
Analis: Koreksi harga CPO hanya profit taking


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah mengukit harga ke level tertinggi sejak akhir Januari, CPO didera aksi ambil untung. Alhasil, harga tergerus sepanjang pekan ini. Kemarin, harga CPO untuk pengiriman Januari 2018 di Bursa Derivatif Malaysia turun ke RM 2.806 per metrik ton.

Padahl di awal pekan, harga CPO masih bergerak di RM 2.839 per metrik ton. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan saat ini merupakan reaksi yang normal setelah mencapai kinerja tertinggi sejak Januari awal tahun ini. "Volume perdagangan kontrak ini sudah melebihi angka 10.000, maka bila terjadi koreksi adalah wajar karena pelaku pasar ambil untung," jelas Ibrahim saat dihubungi KONTAN, Jumat (3/11).

Ibrahim melanjutkan, CPO mengalami apresiasi karena terus diburu sebagai sumber energi biofuel yang memiliki emisi rendah. Dengan demikian, langkah dua raksasa produsen CPO, yakni Indonesia dan Malaysia yang terus memacu produksi merupakan sambutan terhadap permintaan global yang terus mendaki.

Mengutip pemberitaan Bloomberg, produksi CPO Indonesia telah meningkat menjadi 36,3 juta ton atau naik 12,73% yoy. Hingga tahun 2018, produksinya berpotensi mencapai 38,3 juta ton dengan luas panen sebesar 10 juta ha.

Sedangkan Intertek Testing Services melaporkan tingkat ekspor minyak sawit Malaysia naik 2,5% di Oktober menjadi 1,41 juta ton dari September 1,37 juta ton. Di sisi lain, Thomas Mielke, direktur eksekutif Oil World dalam konferensi CPO di Bali mengatakan, produksi minyak sawit dunia kemungkinan akan mencapai 1,3-1,8 juta ton pada Oktober 2017 - September 2018, dan melampaui kebutuhan konsumsi.

Namun mengingat cuaca ekstrem tengah menghampiri area Kalimantan dan Sumatra, Ibrahim melihat pasokan CPO bisa terkoreksi karena ladang banjir akan merusak kualitas komoditas. Apalagi saat ini tengah musim peremajaan untuk pohon kelapa sawit yang sudah terlalu tua. "Sekarang sedang ada pemotongan pohon yang sudah tua dan akan membutuhkan waktu yang lama sekitar 5 tahun sebelum kembali berbuah," jelas Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×